Senin, 13 Mei 2013

wajah ida trisnawati dian husada


suasana asrama dian husada


suasana perpustakaan dian husada


suasana laboratorium dian husada


hidung bilkis dian husada


FISIOLOGI


FISIOLOGI
Fisiologi atau ilmu faal (dibaca fa-al) adalah salah satu dari cabang-cabang biologi yang mempelajari berlangsungnya sistem kehidupan. Istilah "fisiologi" dipinjam dari bahasa Belanda, physiologie, yang dibentuk dari dua kata Yunani Kuna: φύσις, physis, berarti "asal-usul" atau "hakikat" dan λογία, logia, yang berarti "kajian". Istilah "faal" diambil dari bahasa Arab, berarti "pertanda", "fungsi", "kerja".
Fisiologi menggunakan berbagai metode untuk mempelajari biomolekul, sel, jaringan, organ, sistem organ, dan organisme secara keseluruhan menjalankan fungsi fisik dan kimiawinya untuk mendukung kehidupan. Fisiologi merupakan salah satu bidang ilmu yang menjadi objek pemberian Penghargaan Nobel (Penghargaan Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran).
Berdasarkan objek kajiannya dikenal fisiologi manusia, fisiologi tumbuhan, dan fisiologi hewan, meskipun prinsip fisiologi bersifat universal, tidak bergantung pada jenis organisme yang dipelajari. Sebagai contoh, apa yang dipelajari pada fisiologi sel khamir dapat pula diterapkan sebagian atau seluruhnya pada sel manusia.
Ilmu-ilmu lain telah berkembang dari fisiologi mengingat ilmu ini sudah cukup tua. Beberapa turunan yang penting adalah biokimia, biofisika, biomekanika, genetika sel, farmakologi, dan ekofisiologi. Perkembangan biologi molekuler memengaruhi arah kajian fisiologi.
Sejarah
Fisiologi eksperimental diawali pada abad ke-17, ketika ahli anatomi William Harvey menjelaskan adanya sirkulasi darah. Herman Boerhaave sering disebut sebagai bapak fisiologi karena karyanya berupa buku teks berjudul Institutiones Medicae (1708) dan cara mengajarnya yang cemerlang di Leiden.
Bidang-bidang fisiologi
Fisiologi di bidang kedokteran berperan sangat besar. Akibat mendalamnya kajian, terdapat beberapa subbidang. Elektrofisiologi berkaitan dengan cara kerja saraf dan otot; neurofisiologi mempelajari fisiologi otak; fisiologi sel menunjuk pada fungsi sel secara individual.
Banyak bidang yang berkaitan dengan fisiologi, di antaranya adalah Ekofisiologi yang mempelajari pengaruh lingkungan terhadap perubahan fisiologi dalam tubuh hewan dan tumbuhan. Genetika bukanlah satu-satunya faktor yang memengaruhi fisiologi hewan dan tumbuhan. Tekanan lingkungan juga sering menyebabkan kerusakan pada organisme eukariotik. Organisme yang tidak hidup di habitat akuatik harus menyimpan air dalam lingkungan seluler. Pada organisme demikian, dehidrasi dapat menjadi masalah besar.
Dehidrasi pada manusia dapat terjadi ketika terdapat peningkatan aktivitas fisik. Dalam bidang fisiologi keolahragaan, telah dilakukan berbagai penelitian mengenai efek dehidrasi terhadap homeostasis.
Fisiologi hewan
Fisiologi hewan bermula dari metode dan peralatan yang digunakan dalam pembelajaran fisiologi manusia yang kemudian meluas pada spesies hewan selain manusia. Fisiologi tumbuhan banyak menggunakan teknik dari kedua bidang ini.
Cakupan subjek dari fisiologi hewan adalah semua makhluk hidup. Banyaknya subjek menyebabkan penelitian di bidang fisiologi hewan lebih terkonsentrasi pada pemahaman bagaimana ciri fisiologis berubah sepanjang sejarah evolusi hewan.
Materi 5 :
Fungsi dan mekanisme kerja jantung, mekanisme regulasi dan sirkulasi darah, gangguan fungsi jantung dan sirkulasi darah.
·   Mekanisme jantung sebagai pompa
Jantung memiliki 2 atrium & 2 ventrikel
Ant. Vent. Ki & Atrium Ki terdapat katup tricuspidalis
Ant. Vent. Ka & Atrium Ka terdapat katup bicuspidalis (mitralis)
Ant. Vent. Ki & A. Pulmonalis serta vent. Ka & Aorta terdapat katup Semilunaris
Tenaga utama pompa jantung berasal dari ventrikel
Vena besar yang bermuara di jantung tdk dibatasi oleh katup
Dinding jantung mendapatkan darah dari A. Coroner Ki. & Ka.
Otot jantung sama dengan otot skelet (rangka/lurik) , memiliki filamen actin & myosin, sehingga kontraksinya berlangsung karena pergeseran kedua filamen ini
·   Sistem konduksi listrik jantung
Impuls jantung berasal dari nodus SA, pemacu jantung, yang memiliki kecepatan depolarisasi spontan ke ambang yang tertinggi. Setelah dicetuskan, potensial aksi menyebar ke seluruh atrium kanan dan kiri, sebagian dipermudah oleh jalur penghantar khusus, tetapi sebagian besar melalui penyebaran impuls dari sel ke sel melalui gap junction. Impuls berjalan dari atrium ke dalam ventrikel melalui nodus AV, satu-satunya titik kontak listrik antara kedua bilik tersebut. Potensial aksi berhenti sebentar di nodus AV, untuk memastikan bahwa kontraksi atrium mendahului kontraksi ventrikel agar pengisian ventrikel berlangsung sempurna. Impuls kemudian dengan cepat berjalan ke septum antarventrikel melalui berkas His dan secara cepat disebarkan ke seluruh miokardium melalui serat-serat Purkinje. Sel-sel ventrikel lainnya diaktifkan melalui penyebaran impuls dari sel ke sel melalui gap junction. Dengan demikian, atrium berkontraksi sebagai satu kesatuan, diikuti oleh kontraksi sinkron ventrikel setelah suatu jeda singkat. Potensial aksi serat-serat jantung kontraktil memperlihatkan fase positif yang berkepanjangan, atau fase datar, yang disertai oleh periode kontraksi yang lama, untuk memastikan agar waktu ejeksi adekuat. Fase datar ini terutama disebabkan oleh pengaktifan saluran Ca++ lambat. Karena terdapat periode refrakter yang lama dan fase datar yang berkepanjangan, penjumlahan dan tetanus otot jantung tidak mungkin terjadi. Hal ini memastikan bahwa terdapat periode kontraksi dan relaksasi yang berganti-ganti sehingga dapat terjadi pemompaan darah.
·   Mekanisme kontraksi otot jantung
- Sel otot jantung bersifat autoritmik yaitu sebagai otot yang mempunyai daya rangsang untuk dirinya sendiri, sehingga menyebabkan aksi potensial yang spontan yang menyebabkan proses kontraksi.

- Adanya aksi potensial akan menimbulkan depolarisasi membrane serat otot dan berjalan lebih dalam kedalam serat otot pada tempat dimana potensial aksi dapat mendepolarisasi sarkolema dan sitem tubulus T, sehingga ion kalsium dari cairan ekstrasel masuk. Potensial aksi juga menyebabkan reticulum sarkoplasma melepaskan sejumlah besar ion kalsium kedalam myofibril.

- Adanya ion kalsium dalam jumlah besar, efek penghambatan troponin/tropomiosin terhadap filament yang akan dihambat. Dengan meningkatnya ion kalsium maka akan meningkatkan gabungan kalsium troponin

- Komplek troponin akan mengalami perubahan bentuk yang menarik molekul tropomiosin dan memindahkannya lebih dalam kelekukan antara dua untai aktin. Sehingga bagian aktif dari aktin tidak tertutupi.

- Setelah filamin aktin menjadi teraktivasi oleh ion-ion kalsium, kepala jembatan penyebrangan dari filamen myosin menjadi tertarik ke bagian aktif filament aktin.

- Setelah kepala jembatan penyebrangan melekat pada bagian aktif menimbulkan kekuatan intramolekuler yang akan menyebabkan kepala miring ke arah lengan dan menarik filament aktin ( power stroke) segera setelah kepala miring secara otomatis terlepas dari bagian aktif kembali ke arah normal. Kemudian kepala akan berkombinasi bagian aktif yang baru sepanjang filament aktin, kemudian kepala miring lagi untuk menimbulkan power stroke baru, sehingga kepala jembatan penyebrangan membelok ke depan dan ke belakang berjalan sepanjang filament aktin, menarik ujung filament aktin ketengah filament myosin sehingga terjadi kontraksi.

- Proses tersebut akan berlangsung terus sampai filament aktin menarik membrane Z menyentuh ujung akhir filament myosin. Kontraksi akan terus berlangsung sehingga lebih memendekkan panjang sarkomer ujung-ujung filament myosin menjadi kusut dan kekuatan kontraksi menurun dengan cepat.

c. Mekanisme Relaksasi Otot Jantung
-       Ion Ca yang kembali ke reticulum sarkoplasma meningkat.
-       Ca keluar dari sel lewat sarkoplasma, fasilitas pemasukan Ca dalam sarkoplasma menurun.
-       Menurunnya ion Ca yang berikatan dengan Troponin C.
-       Meningkatnya komplek troponin/ tropomiosin akan menutupi bagian aktif dari filament aktin sehingga menghambat aktin dan myosin berkontraksi.
-       Menyebabkan aktin myosin relaksasi.

Energi yang digunakan pada proses kontraksi. Kebanyakan energi dibutuhkan untuk menjalankan mekanisme pembentukan power stroke untuk berkontraksi. Sebagian kecil energi digunakan untuk:
- Memompa ion Ca dari sarkoplasma ke dalam retikulum sarkoplasma setelah kontraksi berakhir.
- Memompa ion Na dan K melalui membrane untuk mempertahankan lingkungan yang ionic untuk pembentukan aksi potensial.

Energi yang digunakan untuk kontraksi otot adalah ATP. ATP ini terdapat pada kepala jembatan penyebrangan. Sebelum digunakan ATP dipecah menjadi ADP dan P inorganic. ADP yang sudah digunakan dengan segera akan mengalami reposporilasi untuk membentuk ATP baru. Sumber energi untuk reposporiliasi adalah:

- Sumber energi utama yang digunakan untuk menyusun kembali ATP adalah creatinin phospat, yang membawa ikatan phospat berenergi tinggi yang serupa dengan ATP. Creatinin phospat segera dipecahkan dan pelepasan energi menyebabkan terikatnya sebuah ion phospat baru pada ADP untuk membentuk ATP.

- Sumber energi yang lain yang digunakan untuk menyusun kembali creatinin phospat dan ATP adalah Glikogen yang sudah disimpan dalam otot. Pemecahan glikogen secara enzymatic menjadi asam piruvat dan asam laktat yang berlangsung cepat akan membebaskan energi yang digunakan untuk mengubah ADP menjadi ATP dan untuk membentuk kembali penyimpanan creatinin phospat.

- Sumber energi dari metabolisme oksidatif dengan mengkombinasikan O2 dan bahan makanan seluler untuk membebaskan ATP.

Metabolisme Sel Miocard
Serabut otot mempunyai tiga sumber untuk membentuk ATP, yaitu creatinin phospatace secara aerob dan anaerob. Energi menyebar dalam miokardium untuk memproduksi phosfat berenergi tinggi (ATP) melalui proses posporilasi dan glikolisis dengan proses secara aerob oleh suplai yang kaya akan kapiler,kira-kira 1 kapiler/serabut.

Sama seperti metabolisme sel pada umumnya metabolisme otot jantung juga untuk membentuk ATP yang digunakan untuk proses berkontraksi. Kontraksi miokardium menyebabkan terpecahnya ATP menjadi ADP dan P inorganik.ADP bereaksi dengan cretinin phospat membentuk ATP baru dan creatinin yang dibantu oleh CK. Kira-kira 99% CrP yang sudah dipakai segera didaur ulang,sehingga konsentrasi ATP tidak pernah berkurang.Metabolisme dari otot jantung dipengaruhi oleh katekolamin,khususnya neurotransmitter non epineprin dan epineprin.Nonepineprin dari ujung system saraf simpatis dapat meningkatkan pemecahan glikogen dan trigliserid dalam sel miokardium untuk diubah menjadi energi.Nonepineprin bereaksi dengan sarkoplasma mengaktifkan enzim adenylate sylase.

Dalam metabolisme miokard asam-asam amino dalam keadaan normal tidak memberikan sumbangan yang berarti.Otot jantung menggunakan asam lemak sebagai sumber energi,sekitar 70% sisanya berasal dari karbohidrat.Dalam keadaan anaerob,metabolisme jantung harus memakai mekanisme glikolisis anaerob untuk energinya.Karena glikolisis menggunakan glukosa dalam jumlah besar akan membentuk sejumlah besar asam laktat di jaringan jantung,yang menjadi salah satu penyebab nyeri pada keadaan iskemik.
·   Pembuluh darah arteri, vena dan system kapiler
Perlu diketahui Setiap kali jantung berdenyut, jantung memompa darah sekitar 85 cc. Apabila dalam satu menit jantung berdenyut sebanyak 70 kali, berapa banyak darah yang dipompa?
Banyak darah yang dipompa selama 1 menit kurang lebih 6 liter (85cc x 70 kali). Dengan demikian selama sehari atau 24 jam, banyak darah yang dipompa kurang lebih 8500 liter (6 liter x 60 menit x 24 jam). Darah diedarkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah (vaskuler).
Pembuluh darah yang kita punya ini seperti sarana jalan yang selalu ramai dilalui kendaraan berupa sel darah plasma darah dimana jalanya satu arah dan tidak pernah sepi namun juga tidak macet. tidak ada polisi tidur kecuali jika ada sklerosis ataupun trombus dan embolus
Pembuluh darah kita terbayang seperti pipa dengan beberapa variasi diameter. Pipa pipa itu dari sumbernya (source) nya diameternya sangat besar kemudian mengecil yang semuanya bertujuan untuk menambahkan tekanan , membuat lebih tipis dan memudahkan difusi ketika paling tipis berupa ( kapiler) jadi Pebuluh darah ketka masih berupa aorta yang besar banget tidak akan pernah terjadi difusi karena selain tebal aliran darahnya juga masih kenceng OK
Secara umum pembuluh darah terdiri dari 3 lapisan yaitu tunika adventisia, tunika media dan tunika intima.
Tunika adventisia merupakan lapisan paling luar berupa jaringan ikat yang kuat. Tunika media merupakan lapisan tengah yang terdiri dari otot polos. Tunika intima membentuk dinding dalam dari pembuluh darah terdiri dari sel-sel endotel. Celah antara sel-sel endotel membentuk pori-pori pembuluh darah.
Pembuluh darah ada 3 macam yaitu arteri, vena dan kapiler.
KAPILER
Kapiler merupakan pembuluh darah kecil yang sangat tipis, hanya dibentuk oleh tunika intima saja sehingga memudahkan proses pertukaran zat antara pembuluh darah dengan sel atau jaringan.
Pembuluh darah kapiler berasal dari bahasa Latin capillaris
Pembuluh kapiler merupakan pembuluh darah yang mengalirkan darah dari arteri, yang bercabang dan menyempit ke arteriola, dan kemudian masih bercabang lagi menjadi kapiler. Setelah terjadinya difusi jaringan, kapiler bergabung membentuk venule dan melebar menjadi vena, yang mengembalikan darah ke jantung.
Dinding kapiler berupa epithel pipih selapis yang tipis sehingga gas dan molekul seperti oksigen , carbon dioksida bisa berdifusi serta air, zat zat terlarut berupa protein, glukosa dan lemak dapat mengalir melewatinya secara osmosis dengan dipengaruhi oleh gradien osmotik dan hidrostatik.

Fungsi kapiler adalah :
Penghubung arteri dan vena
Tempat terjadinya pertukaran zat
Absorbsi nutrisi pada usus
Filtrasi pada ginjal
Absorbsi sekret kelenjar

ARTERI
Arteri merupakan pembuluh darah yang mengalirkan darah dari jantung ke seluruh tubuh. Arteri membawa darah yang kaya oksigen, kecuali arteri pulmonalis.
Arteri bersifat elastik karena mempunyai lapisan otot polos dan serabut elastik sehingga dapat berdenyut-denyut sebagai kompensasi terhadap tekanan jantung pada saat sistol.
Arteri yang lebih kecil dan arteriola lebih banyak mengandung lapisan otot sebagai respon terhadap pengendalian saraf vasomotor.
Arteri mendapatkan suplai darah dari pembuluh darah khusus yang disebut vasa vasorum, dipersarafi oleh serabut saraf motorik yang disebut vasomotor.
Arteri mempunyai diameter yang berbeda-beda, mulai yang besar yaitu aorta kemudian bercabang menjadi arteri dan arteriola. Dinding arteri tebal karena membawa darah dengan tekanan yang tinggi di tubuh tidak berada di permukaan tetapi agak kedalam dibawah permukaan berwarna cenderung merah karena cenderung membawa darah yang mengandung oksigen kecuali arteri pulmonalis.

VENA
Vena merupakan pembuluh darah yang mengembalikan darah dari seluruh tubuh ke jantung sehingga dinamakan pula pembuluh balik.
Vena mempunyai tiga lapisan seperti arteri tetapi mempunyai lapisan otot polos yang lebih tipis, kurang kuat dan mudah kempes (kolaps).
Vena dilengkapi dengan katup vena yang berfungsi mencegah aliran balik darah ke bagian sebelumnya karena pengaruh gravitasi.
Katup vena berbentuk lipatan setengah bulat yang terbuat dari lapisan dalam vena yaitu lapisan endotelium yang diperkuat oleh jaringan fibrosa.

Cara mengalirkan darah di vena agar bisa kembali kejantung
Pada kapiler terdapat spingter prakapiler mengatur aliran darah ke kapiler :
Bila spingter prakapiler berelaksasi maka kapiler-kapiler yang bercabang dari pembuluh darah utama membuka dan darah mengalir ke kapiler.
Bila spingter prakapiler berkontraksi, kapiler akan tertutup dan aliran darah yang melalui kapiler tersebut akan berkurang.
Pada vena bila otot berkontraksi maka vena akan terperas dan kelepak yang terdapat pada jaringan akan bertindak sebagai katup satu arah yang menjaga agar darah mengalir hanya menuju ke jantung.

Ada beberapa pembuluh darah besar yang berdekatan letaknya dengan jantung yaitu :
Vena Cava Superior Vena cava superior adalah vena besar yang membawa darah kotor dari tubuh bagian atas menuju atrium kanan.
Vena Cava Inferior Vena cava inferior adalah vena besar yang membawa darah kotor dari bagian bawah diafragma ke atrium kanan.
Sinus Conaria Sinus coronary adalah vena besar di jantung yang membawa darah kotor dari jantung sendiri.
Trunkus Pulmonalis Pulmonary trunk adalah pembuluh darah besar yang membawa darah kotor dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis. Arteri pulmonalis dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang membawa darah kotor dari pulmonary trunk ke kedua paru-paru.
Vena Pulmonalis Vena pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang membawa darah bersih dari kedua paru-paru ke atrium kiri.
Aorta Asendens Ascending aorta, yaitu pembuluh darah besar yang membawa darah bersih dari ventrikel kiri ke arkus aorta (lengkung aorta) ke cabangnya yang bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian atas.
Aorta Desendens Descending aorta,yaitu bagian aorta yang membawa darah bersih dan bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian bawah.

Ada beberapa jenis vena yang penting untuk materi
Vena porta : vena yang port (mampir) terlebih dahulu di organ sebelum ke jantung
Vena porta hepatica : vena dari usus ke hati : vena ini kaya makanan hasil penyerapan dari usus ( di tubuh kita dijumpai)
Vena porta renalis : vena dari tungkai belakang kaki pada katak mampir ke ginjal , baru ke jantung

Penyakit penyakitnya
Arteri : cenderung terjadi penyempitan karena ada sumbatan : sklerosis ( atreosklerosis : lemak dan Arterio sklerosis : oleh kapur )
Vena : cenderung melebar karena aliran ditentukan pula oleh tekanan otot , pelebaran vena di betis : varises , pelebaran di sekitar anus : hemoroid/wasir)
Kapiler : cenderung penyempitan karena ada sumbatan : Thrombus : sumbatan padat , Embolus sumbatan berupa udara (gas) , lemak : struk /hipertensi

·   Tekanan darah dan mekanisme regulasinya
Sistem Saraf
Sistem saraf mengontrol tekanan darah dengan mempengaruhi tahanan pembuluh darah perifer. Dua mekanisme yang dilakukan adalah mempengaruhi distribusi darah dan mempengaruhi diameter pembuluh darah. Umumnya kontrol sistem saraf terhadap tekanan darah melibatkan: baroreseptor dan serabut2 aferennya, pusat vasomotor dimedula oblongata serta serabut2 vasomotor dan otot polos pembuluh darah. Kemoreseptor dan pusat kontrol tertinggi diotak juga mempengaruhi mekanisme kontrol saraf.
Pusat Vasomotor mempengaruhi diameter pembuluh darah dengan mengeluarkan epinefrin sebagai vasokonstriktor kuat, dan asetilkolin sebagai vasodilator.
Baroresptor, berlokasi pada sinus karotikus dan arkus aorta. Baroresptor dipengaruhi oleh perubahan tekanan darah pembuluh arteri.
Kemoresptor, berlokasi pada badan karotis dan arkus aorta. Kemoreseptor dipengaruhi oleh kandungan O2, CO2, atau PH darah.

Kontrol Kimia
Selain CO2 dan O2, sejumlah kimia darah juga membantu regulasi tekanan darah melalui refleks kemoreseptor yang akan dibawa ke pusat vasomotor.
Hormon yang mempengaruhi: epinefrin dan norepinefrin, Natriuretik Atrial, ADH, angiotensin II, NO, dan alkohol.


·   Gangguna fungsi jantung
RMOL.Jantung koroner termasuk serangan penyakit yang familiar di masyarakat. Namun, tak banyak yang tahu soal gangguan irama jantung tersebut. Gejalanya sulit dikenali.
Berbeda dengan serangan jantung atau jantung koroner yang bisa dideteksi gejalanya, gangguan irama jantung memang tidak memiliki ciri-ciri khusus. Namun jika menderita penyakit ini, pasien bisa mengalami kematian mendadak.
Penyakit ini terjadi karena pembuluh darah koroner mengalami penyempitan akibat kolesterol jahat atau low density lipoprotein (LDL) yang mengendap. Kelebihan kolesterol LDL dalam pembuluh darah dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung koroner dan stroke.
“Gangguan irama jantung ada dua macam, iramanya bisa cepat bisa juga lambat. Namun akibat­nya sama, penderita bisa pingsan, mudah lelah, gagal jantung hingga mati mendadak,” jelas dokter spesialis jantung Rumah Sakit (RS) Eka Hospital Tangerang, Daniel Tanubudi saat jumpa pers The 2nd Annual East Meets West Cardiology Symposium di Ritz Carlton Hotel - Pacific Place, Jakarta.
Kepala Departemen Kardiologi dari RS Eka Hospital ini mengatakan, jantung manusia itu sudah berfungsi dengan baik sejak berada di dalam kandungan usia tiga bulan. Irama jantung bisa dikatakan normal bila berdenyut memompa darah secara teratur sesuai aktifitas yang di­lakukan manusia. Saat beristirahat, irama jantung yang normal, adalah 60-100 kali per menit.
Sementara, jika irama jantung seseorang beristirahat kurang atau lebih dari 60-100 kali per menit bisa dikatakan mengalami gangguan irama jantung.
Pakar penyakit jantung dr Emanoel Oepangat menuturkan, untuk menjalankan fungsi uta­manya sebagai pemompa darah, jantung memiliki “gardu listrik” dan kabel-kabel (syaraf) yang merangsang jantung untuk berdenyut secara ritmis atau teratur.
“Kerusakan pada kabel atau sumber listrik akan memicu gangguan irama jantung,” cetus Emanoel.
Faktor lain gangguan irama jantung, lanjut dia, bisa dipengaruhi oleh gaya hidup. Makan sembarangan bisa menyebabkan penumpukan lemak dan kolesterol dalam aliran darah yang menyebabkan aliran dalam darah tidak mengalir sempurna.
Komite Medis Eka Hospital, dr. Sukmana Tulus Putra mengatakan, cara mendeteksi gangguan irama jantung bisa melalui rekam jantung dan USG jantung.
“Kalau sudah ada gejala, pasien bisa konsultasi. Dari hasil rekam jantung dan USG jantung bisa terlihat, apakah pasien menderita gangguan irama jantung atau tidak,” kata Sukmana.
Untuk pengobatan, lanjut Sukmana, penderita gangguang irama jantung bisa diberi obat untuk menormalkan gangguan tersebut. “Namun kalau gangguannya sudah berat, harus dipasang alat pacu jantung,” tegasnya.
Gejalanya Mirip Masuk Angin, Nyeri Seperti Ditusuk-tusuk
Gejala awal penyakit jantung hampir sama dengan masuk angin. Namun banyak orang meng­abaikan gejala ini. Kalaupun ada yang mengambil tindakan, lebih suka mengobati dengan cara tradisional. Seperti dipijat atau kerokan. Memang setelah dikerok, badan terasa lebih enak.
Gejala nyeri di jantung hingga sesak napas terkadang hilang sendiri dan kadang-kadang timbul disertai rasa nyeri yang hebat.
“Kalau sering muncul, rasanya bisa lebih parah seperti, ditusuk-tusuk,” kata ahli penyakit jantung di Rumah Sakit Harapan Kita, Harmani Kalim.
Dia menjelaskan, rasa nyeri ini disebabkan oleh distribusi makanan bagi jantung atau oksigen yang tidak bisa berjalan normal. Padahal, oksigen dibutuhkan untuk mendukung kinerja jantung.
”Bila pasokan oksigen berkurang, kinerja jantung terganggu. Bahkan bisa mengakibatkan serangan jantung atau yang sering dikenal gagal jantung,” ujarnya.
Penyakit ini, kata dia, lama-kelamaan bisa menyebabkan kerusakan pada otot-otot jantung yang memompa darah. Kerusakan tersebut akan terus berkembang seiiring pertambahan umur.
Oleh karena itu, para pakar jantung menyarankan agar lebih waspada bila mengalami kram atau nyeri pada jantung. Apalagi, bila sudah disertai sesak napas.
“Jangan cuek aja. Begitu nyeri terasa, lebih baik segera ke dokter atau ahli jantung. Jika terlambat, dokter atau ahli jantung hanya punya waktu 12 jam untuk bisa kembali melebarkan pembuluh darah tersebut,” pungkasnya.
Menurut dr Delima dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) orang yang terkena penyakit jantung butuh  perawatan intensif. Berdasar data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), sejak tahun 2007  penyakit jantung  jadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Dengan, jumlah kematian lebih dari 220.000 jiwa tiap tahun.
Sedangkan jumlah kasusnya melampaui penyakit tuberkulosis yang angka kematiannya men­capai 127.000 jiwa. Angkanya makin bertambah tiap tahun akibat gaya hidup masyarakat yang suka mengudap makanan tinggi lemak atau makanan siap saji.
Faktor gaya hidup yang tak sehat, seperti gemar merokok, menenggak alkohol berlebihan, penyakit hipertensi, diabetes dan kolesterol tinggi, turut  menambah deretan jumlah penderita penyakit jantung. Sekitar tujuh persen penduduk Indonesia menderita gangguan jantung, 0,9 persen sudah didiagnosis dokter dan sisanya mengalami gejala gangguan jantung.”Penderitanya justru lebih tinggi dari pedesaan,” kata dr Delima.
Faktor tersebut, menurut dia, disebabkan masyarakat yang belum peduli pada kesehatan. Selain itu, perempuan yang menderita penyakit jantung lebih banyak dibandingkan laki-laki.
“Faktor determinan penyakit jantung untuk penduduk di atas usia 15 tahun, antara lain diabetes melitus (39 persen), hipertensi (13,1 persen), obesitas (11,4 persen), dan perokok (9,7 persen),” ujarnya.
Sementara faktor gaya hidup yang berpengaruh pada risiko penyakit jantung, yaitu kurang beraktivitas fisik, merokok, pola makan tinggi lemak, dan kebiasaan mengkonsumsi alkohol.
Berdasarkan prevalensinya, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam menduduki urutan pertama penyakit jantung di Indonesia, yakni 12,6 persen. Sementara Lampung urutan terakhir  2,6 persen. [Harian Rakyat Merdeka]
·   Gangguan sirkulasi darah
Menurut WHO (2003), 16,7 juta orang meninggal karena gangguan sirkulasi darah. Angka kematian ini 29% dari angka kematian seluruh dunia. Di Eropa ditemukan 4,3 juta orang meninggal karena gangguan sirkulasi darah.
Gangguan sirkulasi darah adalah gangguan kelancaran peredaran darah yang dapat diakibatkan oleh gangguan pada jantung dan pembuluh darah di seluruh tubuh, termasuk arteri koroner dan arteri yang menuju ke otak.
Gangguan sirkulasi darah dapat disebabkan oleh banyak faktor, antara lain timbulnya plak atheromatous, meningkatnya kekentalan darah, mengerasnya dinding pembuluh darah, dll. Ganguan ini terjadi di jantung, pembuluh darah, darh, dan saraf yang mempersarafi pembuluh darah.
Faktor resiko gangguan sirkulasi darah :
  • Memiliki anggota keluaga yang pernah mengalami penyakit akibat gangguan sirkulasi darah (migrain, anemia, gangguan ginjal, gangguan penglihatan,PJK, Stroke, Kanker dsb).
  • Pernah atau sedang mengalami kadar kolesterol tinggi.
  • Pernah atau sedang mengalami hipertensi.
  • Menderita kecing manis (DM).
  • Sering mengonsumsi makanan berlemak, gorengan, dan fast food.
  • Memiliki kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol.
  • Memiliki berat badan di atas normal (kegemukan).
  • Jarang atau bahkan tidak pernah berolahraga.
  • Sering stress.
Gejala gangguan sirkulasi darah :
Pegal-pegal, nyeri kepala, sulit berkonsentrasi, mudah lupa (pikun), badan terasa lemas, kesemutan, pandangan mata kabur, telinga berdengung, keringat dingin, nyeri dada.
Proses terjadinya gangguan sirkulasi darah :
Gangguan sirkulasi darah berawal dari timbulnya plak atheromateous pada dinding pembuluh darah, tingginya kadar kolesterol jahat dalam darah, dan atau meningkatnya kekentalan darah, sehingga meningkatkan tekanan darah, yang dalam kondisi lanjut menyebabkan berkurangnya aliran darah ke organ-oran terterntu. Hal tersebut menjadi sangat berbahaya bila yang mengalami gangguan adalah aliran darah yang menuju organ vital seperti jantung, otak, ginjal, dll.

Materi 6 :
Ventilasi, perfusi, transportasi, regulasi dan gangguan pernapasan.
·   Proses inspirasi dan ekspirasi
Oksigen (O2) adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernapas.
Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh :
1. Sistem respirasi / pernapasan
Sistem pernapasan terdiri atas organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan sebuah pompa ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot pernapasan, diafragma, isi abdomen, dinding abdomen dan pusat pernapasan di otak.
Bernafas adalah pergerakan udara dari atmosfer ke sel tubuh dan pengeluaran CO2 dari sel tubuh sampai ke luar tubuh. Ada tiga langkah dalam proses oksigenasi yaitu ventilasi, perfusi paru dan difusi.

a. Ventilasi
Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan ke paru. Ventilasi paru mencakup gerakan dasar atau kegiatan bernafas atau inspirasi dan ekspirasi. Udara yang masuk dan keluar terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara intrapleura dengan tekanan atmosfer, dimana pada saat inspirasi tekanan intrapleural lebih negatif (752 mmHg) dari pada tekanan atmosfer (760 mmHg) sehingga udara akan masuk ke alveoli.
Hukum Boyle’s :
Jika volume meningkat maka tekanan menurun
Jika volume menurun maka tekanan meningkat
Inspirasi → bersifat aktif
Selama inspirasi terjadi kontraksi otot diafragma dan intercosta eksterna, hal ini akan meningkatkan volume intrathorak → menurunkan tekanan intratorak → tekanan intrapleural makin negatif → paru berkembang → tekanan intrapulmonary menjadi makin negatif → udara masuk paru.
Ekspirasi → bersifat pasif
Selama ekspirasi terjadi relaksasi otot diafragma dan interkosta eksterna, hal ini akan menurunkan volume intratorak → meningkatkan tekanan intratorak → tekanan intrapleural makin positif → paru mengempis → tekanan intrapulmonal menjadi makin positif → udara keluar paru.

Kepatenan ventilasi tergantung pada faktor :
- Kebersihan jalan nafas, adanya sumbatan atau obstruksi jalan nafas akan menghalangi masuk dan keluarnya udara dari dan ke paru.
- Adekuatnya sistem saraf pusat dan pusat pernafasan.
- Adekuatnya pengembangan dan pengempisan paru-paru
- Kemampuan otot-otot pernafasan seperti diafragma, eksternal interkosta, internal interkosta, otot abdominal.

b. Perfusi paru
Perfusi paru adalah gerakan darah yang melewati sirkulasi paru untuk dioksigenasi, dimana pada sirkulasi paru adalah darah deoksigenasi yang mengalir dalam arteri pulmonaris dari ventrikel kanan jantung. Darah ini memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam proses pertukaran oksigen dan karbondioksida di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru merupakan 8-9% dari curah jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan dapat mengakodasi variasi volume darah yang besar sehingga dapat dipergunakan jika sewaktu-waktu terjadi penurunan volume atau tekanan darah sistemik.
Adekuatnya pertukaran gas dalam paru dipengaruhi oleh keadaan ventilasi dan perfusi. Pada orang dewasa sehat pada saat istirahat ventilasi alveolar (volume tidal = V) sekitar 4,0 lt/menit, sedangkan aliran darah kapiler pulmonal (Q) sekitar 5,0 lt/menit, sehingga rasio ventilasi dan perfusi adalah :
Alveolar ventilasi (V) = 4,0 lt/mnt = 0,8
Aliran darah kapiler pulmonar(Q) 5,0 lt/mnt
Besarnya rasio ini menunjukkan adanya keseimbangan pertukaran gas. Misalnya jika ada penurunan ventilasi karena sebab tertentu maka rasio V/Q akan menurun sehingga darah yang mengalir ke alveolus kurang mendapatkan oksigen. Demikian halnya dengan jika perfusi kapiler terganggu sedangkan ventilasinya adekuat maka terjadi penigkatan V/Q sehingga daya angkut oksigen juga akan rendah.

c. Difusi
Difusi adalah pergerakan molekul dari area dengan konsentrasi tinggi ke area konsentrasi rendah. Oksigen terus menerus berdifusi dari udara dalam alveoli ke dalam aliran darah dan karbondioksida (CO2) terus berdifusi dari darah ke dalam alveoli. Difusi udara respirasi terjadi antara alveolus dengan membran kapiler. Perbedaan tekanan pada area membran respirasi akan mempengaruhi proses difusi. Misalnya pada tekanan parsial (P) O2 di alveoli sekitar 100 mmHg sedangkan tekanan parsial pada kapiler pulmonal 60 mmHg sehingga oksigen akan berdifusi masuk dalam darah. Berbeda halnya dengan CO2 dengan PCO2 dalam kapiler 45 mmHg sedangkan alveoli 40 mmHg maka CO2 akan berdifusi keluar alveoli.

2. Sistem kardiovaskuler
Kemampuan oksigenasi pada jaringan sangat dipengaruhi oleh fungsi jantung untuk memompa darah sebagai transpor oksigen. Darah masuk ke atrium kiri dari vena pulmonaris. Aliran darah keluar dari ventrikel kiri menuju aorta melalui katup aorta. Kemudin dari aorta darah disalurkanke seluruh sirkulasi sistemik melalui arteri, arteriol, dan kapiler serta menyatu kembali membentuk vena yang kemudian di alirkan ke jantung melalui atrium kanan. Darah dari atrium kanan masuk dalam ventrikel kanan melalui katup trikuspidalis kemudian keluar ke arteri pulmonaris melalui katup pulmonaris untu kemudian dialirkan ke paru-paru kanan dan kiri untuk berdifusi. Darah mengalir di dalam vena pulmonaris kembali ke atrium kiri dan bersirkulasi secara sistemik. Sehingga tidak adekuatnya sirkulasi sistemik berdampak pada kemampuan transpor gas oksigen dan karbondioksida.

3. Hematologi
Oksigen membutuhkan transpor dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida dari jaringan ke paru-paru. Sekitar 97% oksigen dalam darah dibawa eritrosit yang telah berikatan dengan hemoglobin (Hb) dan 3% oksigen larut dalam plasma. Setiap sel darah merah mengandung 280 juta molekul Hb dan setiap molekul dari keempat molekul besi dalam hemoglobin berikatan dengan satu molekul oksigen membentuk oksihemoglobin (HbO2). Reaksi pengikatan Hb dengan O2 adalah Hb + O2 - HbO2. Afinitas atau ikatan Hb dengan O2 dipengaruhi oleh suhu, pH, konsentrasi 2,3 difosfogliserat dalam darah merah. Dengan demikian besarnya Hb dan jumlah eritrosit akan mempengaruhi transpor gas.

Jenis – jenis respirasi :
1. Pernapasan Eupnoe : Pernafasan normal dan tenang
Proses pernapasan normal terdiri dari :
- IRV (Inspiration Reserve Volume)
Jumlah udara yang masuk paru pada pernapasan normal, kurang lebih 1500 cc.
- TV (Tidal Volume)
Jumlah udara yang keluar masuk paru pada pernafasan normal 500 cc.
- ERV (Expiration Reserve Volume)
Jumlah udara yang keluar dari paru setelah ekspirasi 1000 cc
- RV (Residual Volume)
Jumlah udara yang tertinggi dalam paru setelah ekspirasi maksimum 1200 cc

2. Pernapasan Cheyne stokes : Pernafasan kadang-kadang apnoe, frekuensi pernafasan di bawah 20x/menit.

3. Pernafasan Biot : Pernafasan yang tidak teratur ritmenya dan kadang-kadang diikuti apnoe

4. Pernafasan Kussmaul : Pernapasan yang kadang-kadang cepat dan lambat sehingga frekuensi tidak teratur.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pernafasan :
1. Faktor Fisiologi
- Menurunnya kapasitas pengikatan O2 seperti pada anemia
- Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran napas bagian atas.
- Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transpor O2 terganggu.
- Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka dan lain-lain.
- Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti kehamilan, obesitas, muskulus skeleton yang abnormal, penyakit kronik seperti TBC paru.

2. Faktor Perkembangan
- Bayi prematur : yang disebabkan kurangnya pembentukan surfactan
- Bayi dan toddler : adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut
- Anak usia sekolah dan remaja : resiko infeksi saluran pernapasan dan merokok
- Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru
- Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun.

3. Faktor Perilaku
- Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang tinggi lemak menimbulkan arteriosklerosis.
- Exercise, exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
- Merokok : nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan koroner.
- Substance abuse (alkohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake nutrisi/Fe menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan depresi pusat pernapasan.
- Kecemasan : menyebabkan metabolisme meningkatkan.

4. Faktor Lingkungan
- Tempat kerja
- Suhu lingkungan
- Ketinggian tempat dari permukaan laut

5. Faktor Emosi
Percepatan frekuensi nadi merupakan suatu reaksi tubuh terhadap emosi seperti takut, cemas dan marah. Menerangkan bahwa kerja jantung dipengaruhi oleh impuls dari pusat yang lebih tinggi di otak dengan jalan hypotalamus yang menstimulasi pusat cardiac (Penghambat dan pemacu jantung) di medulla otak. Jaringan penggerak pusat tersebut membawa impuls ke para sympatis nerves dan sympatis yang kemudian mengirim impuls ke jantung.

6. Faktor Kesehatan
Pada orang sehat, sistem cardio vaskuler sering mempengaruhi distribusi oksigen dalam sel tubuh. Penyakit sistem pernafasan dapat menyebabkan hypoxemia, karena hemoglobin membawa oksigen dan karbondioksida.

7. Faktor Latihan
Latihan fisik atau aktifitas meningkatnya pernafasan dan kebutuhan oksigen dalam tubuh. Mekanisme yang mendasarinya tidak banyak diketahui. Walaupun demikian hal ini menerangkan bahwa beberapa faktor yang terlibat didalamnya antara lain kimiawi, neural dan perubahan.

8. Faktor Gaya hidup
Penting untuk mengkaji gaya hidup seseorang khususnya kebutuhan oksigen. Data menunjukkan bahwa merokok dan penghisapan udara berpolusi dapat memberikan indikasi atau gambaran keadaan paru seseorang.
Perubahan-perubahan fungsi jantung yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi :
1. Gangguan konduksi sepeti disritmia (takikardia/bradikardia)
2. Perubahan cardiac output. Menurunnya cardiac output seperti pada pasien decom menimbulkan hipoksia jaringan.
3. Kerusakan fungsi katup seperti pada stenosis, obstruksi, regurgitasi darah yang mengakibatkan ventrikel bekerja lebih keras
4. Myocardial iskhemia infark mengakibatkan kekurangan pasokan darah dari arteri koroner ke miokardium.

Perubahan Fungsi Pernafasan :

1. Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paru-paru agar pernapasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat disebabkan karena :
- Kecemasan
- Infeksi/sepsis
- Keracunan obat-obatan
- Ketidakseimbangan asam basa

Tanda-tanda dan gejala hiperventilasi adalah takikardia, napas pendek, nyeri dada (chest pain), menurunnya konsentrasi, disorientasi, tinitus.

2. Hipoventilasi
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup. Biasanya terjadi pada keadaan atelektasis (kolaps paru).
Tanda-tanda dan gejala pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi, kardiakdisritmia, ketidakseimbangan elektrolit, kejang dan kardiak arrest

3. Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhan O2 seluler akibat dari defisiensi O2 yang diinspirasi atau meningkatnya penggunaan O2 pada tingkat seluler. Hipoksia dapat disebabkan oleh :
- Menurunnya haemoglobin
- Berkurangnya konsentrasi O2 jika berada di puncak gunung
- Ketidakmampuan jaringan mengikat O2 seperti pada keracunan sianida
- Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah seperti pada pnemonia
- Menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok
- Kerusakan/gangguan ventilasi

Tanda-tanda hipoksia antaralain : kelelahan, kecemasan, menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernapsan cepat dan dalam, sianosis, sesak napas dan clubbing.
·   Proses perfusi O2 dan CO2 pada membrane respirasi
Perfusi paru adalah gerakan darah yang melewati sirkulasi paru untuk dioksigenasi, dimana pada sirkulasi paru adalah darah deoksigenasi yang mengalir dalam arteri pulmonaris dari ventrikel kanan jantung. Darah ini memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam proses pertukaran oksigen dan karbondioksida di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru merupakan 8-9% dari curah jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan dapat mengakodasi variasi volume darah yang besar sehingga dapat dipergunakan jika sewaktu-waktu terjadi penurunan volume atau tekanan darah sistemik.
Adekuatnya pertukaran gas dalam paru dipengaruhi oleh keadaan ventilasi dan perfusi. Pada orang dewasa sehat pada saat istirahat ventilasi alveolar (volume tidal = V) sekitar 4,0 lt/menit, sedangkan aliran darah kapiler pulmonal (Q) sekitar 5,0 lt/menit, sehingga rasio ventilasi dan perfusi adalah :
Alveolar ventilasi (V) = 4,0 lt/mnt = 0,8
Aliran darah kapiler pulmonar(Q) 5,0 lt/mnt
Besarnya rasio ini menunjukkan adanya keseimbangan pertukaran gas. Misalnya jika ada penurunan ventilasi karena sebab tertentu maka rasio V/Q akan menurun sehingga darah yang mengalir ke alveolus kurang mendapatkan oksigen. Demikian halnya dengan jika perfusi kapiler terganggu sedangkan ventilasinya adekuat maka terjadi penigkatan V/Q sehingga daya angkut oksigen juga akan rendah.
·   Transportasi O2 dan CO2 dalam  pembuluh darah dari darah dan ke dalam sel.
Stadium kedua dari proses respirasi mencakup proses difusi gas-gas melintasi membran antara alveolus-kapiler yang tipis ( m). Kekuatan pendorong untuk pemindahan ini adalah perbedaan tekanan parsial antara darah dan fase gas. Tekanan oksigen dalam atmosfir pada tekanan laut ± 149  mmHg (21% dari 760 mmHg).
Pada saat oksigen diinspirasi dan sampai pada alveolus maka tekanan parsial ini mengalami penurunan sampai sekitar 103 mmHg akibat udara tercampur dengan ruang rugi anatomis pada saluran udara dan juga dengan uap air.

Faktor-faktor yang menentukan kecepatan difusi gas melalui membran paru-paru adalah sebagai berikut:
a.    Makin besar perbedaan tekanan pada membran makin cepat kecepatan difusi.
b.    Makin besar area membran paru-paru makin besar kuantitas gas yang dapat berdifusi melewati membran dalam waktu tertentu.
c.    Makin tipis membran, makin cepat difusi gas melalui membran tersebut ke bagian yang berlawanan.
d . Koefisien  dilihat secara langsung berbanding proporsional terhadap kemampuan terlarut dari gas dalam cairan membran paru-paru dan kebalikannya terhadap ukuran molekul kecil yang terdifusi tinggi lebih cepat dari besarnya  u kuran gas yang kurang dapat larut.

Koefisien Difusi
Oksigen (O2)= 1; Karbon dioksida ( CO2 ) = 20,3,Nitrogen (N2 ) = 0,53. Koefisien mengindikasikan bahwa CO2  paling dapat larut dan N, kurang dapat terlarut.

Pertukaran Oksigen dan Karbon Dioksida
Agar  pernafasan dapat berlangsung dengan normal, diperlukan beberapa faktor seperti ini :
1.     Suplai oksigen yang adekuat.
Tempat yang tinggi tidak megubah komposisi udara tetapi menyebabkan tekanan oksigen(PO2) ,menurun. Reaksi awal yang timbul jika seseorang berada pada ketinggian adalah munculnya tanda dan gejala seperti yang terlihat pada setiap orang yang mengalami kekurangan oksigen.
Nyeri kepala, sesak, kelemahan, mual berkeringat, palpitasi, penglihatan kabur, pendengaran berkurang, dan mengantuk terjadi pada kondisi hipoksia moderat. Tanda- tanda tersebut sering disebut  mountain sickness
Faktor faktor yang berperan dalam oksigenisasi meliputi peningkatan ventilasi elveolar, penyesuaian komposisi asam basa darah dan cairan tubuh lain, peningkatan kapasitas pengangkutan oksigen,serta peningkatan curah jantung.
Hal hal yang menyebabkan suplai oksigen terganggu adalah inhalasi udara yang mengandung oksigen pada tekanan subnormal dan hal ini biasanya disebabkan oleh inhalasi asap ,keracunan karbon monoksida,serta dilusi udara yang dihirup dengan gas gas inert ( Nitrogen, Helium ,Hidrogen,Metan atau gas anestetik seperti nitro oksida )

2.     Saluran udara yang utuh
Saluran udara yang utuh dari trakeobronkial sampai membrane alveolar menjadi factor penting dalm pertukaran O2 dan CO2. Hal hal yang dapat menjadi hambatan dalam pertukaran gas tersebut adalah adanya obtruksi mekanik seperti tenggelam atau adanya benda asing pada percabangan trakeobronkial.

3.     Fungsi pergerakan dinding dada dan diafragma yang normal.
Kelemahan fungsi dinding dada akan mempengaruhi pola pernafasan.
Penyebab utama disrupsi kelemahan fungsi tersebut adalah trauma pada dada, seperti fraktur iga atau luka tembus pada dada.

4.      Adanya alveoli dan kapiler yang bersama-sama membentuk unit pernapasan terminal dalam jumlah yang cukup .

5.      Jumlah haemoglobin yang adekuat untuk membawa oksigen pada sel-sel tubuh.

6.     Suatu system sirkulasi yang utuh dan pompa jantung yang efektif.

7.     Berfungsinya pusat pernapasan.

8.     Transport Gas Antara Paru-paru Dan Jaringan

9.      Transport oksigen dalam darah

10.      Sistem pengangkutan O2  dalam tubuh terdiri atas paru-paru dan system    kardiovaskular. Pengangkutan O2 ke jaringan tertentu bergantung pada jumlah O2 yang masuk paru-paru, pertukaran gas yang cukup pada paru-paru, aliran darah ke jaringan, dan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah.

11.  Dinamika reaksi hemoglobin dengan O2 sangat cocok untuk pengangkutan O2 .Hemoglobin adalah protein yang terdiri atas empat subunit, masing-masing mengandung heme yang terikat pada rantai polipeptida.

12.  Oksigen dapat ditranspor dari paru-paru ke jaringan melalui dua jalan, yaitu secara fisik larut dalam plasma atau secara kimia berikatan dengan hemoglobin sebagai oksihemoglobin (HbO2). Ikatan ini bersifat reversible.

13.  Pada tingkat jaringan, oksigen mengalami disosiasi dari hemoglobin dan berdifusi ke dalam plasma. Dari plasma oksigen masuk ke sel-sel jaringan tubuh untuk memenuhi kebutuhan jaringan yang bersangkutan. Hemoglobin yang melepaskan oksigen pada tingkat jaringan disebut hemoglobin tereduksi (Hb). Hemoglobin ini berwarna ungu dan menyebabkan waena kebiruan pada daerah vena seperti yang kita lihat pada vena superficial.

14.  Transpor karbon dioksida dalam darah

15.  Transpor karbon dioksida dari jaringan ke paru-paru dilakukan dengan tiga cara, yaitu 10% secara fisik larut dalam plasma, 20% berikatan dengan gugus amino pada hemoglobin (karbaminohemoglobin) dalam sel darah merah, dan sekitar 70% ditranpor sebagai bikarbonat plasma.

16.  Kelarutan CO2 dalam darah ± 20 kali kelarutan O2, sehingga terdapat lebih banyak CO2 daripada O2 dalam larutan sederhana. Karbon dioksida yang berdifusi ke dalam sel darah merah dapat dengan cepat mengalami hidrasi menjadi H2CO3 sebab adanya anhidrase karbonat, H2CO3 berdisosiasi menjadi H+  dan HCO3- dengan reaksi sebagai berikut. CO2 + H2O               H2CO3            H+ + HCO3
Keseimbangan asam basa ini sangat dipengaruhi oleh fungsi paru-paru dan homeostatis dari karbondioksida. Pada umumnya hiperventilasi ( ventilasi alveolus  dalam keadaan kebutuhan metabolisme berlebihan ) akan menyebabkan alkalosis (pH darah > 7,4) yang dapat mengakibatkan ekskresi CO2 berlebihan dari paru-paru, sedangkan hipoventilasi dapat menyebabkan asidosis akibat retensi CO2 oleh paru-paru.

Kurva disosiasi oksihemoglobin
Pengaruh  PaO2 (kadar oksigen arteri) pada saturasi atau ikatan oksigen dengan hemoglobin bukan fungsi garis lurus. Dengan kata lain hubungannya tidak langsung dalam proporsi perbandingan 1 : 1
Dalam transport O2 dan CO2 viskositas serta tekanan osmotic tetap atau tidak berubah.Hemoglobin yang mengangkut  hanya  sebagian O2 (reduced Hb) menyebabkan afinitas terhadap O2 rendah, sehingga dengan mudah O2 dilepaskan.
Heme pada unit hemoglobin adalah kompleks yang dibentuk dari porfirin dan satu atom besi ferro. Masing-masing atom besi dapat berikatan secara reversible dengan satu molekul O2. Besi yang berikatan dengan molekul O2 adalah berbentuk ferro, sehingga reksinya adalah oksigenasi bukan oksidasi. Jika satu heme menangkap O2 maka heme lainnya cepat mengikat O2 (heme-heme effect) sehingga terjadi efisiensi transportasi di alveoli.
Gambaran kurva jika PO2 60-100 mmHg menghasilkan kurva datar(plateau) dengan saturasi 90%, artinya walaupun PO2 hanya 60 mmHg daya angkut Hb (saturasi) cukup tinggi = 90% yang merupakan ketahanan manusia terhadap hipoksia. Jika PO2 kurang dari 40-50 mmHg gambaran kurva mulai terlihat curam artinya daya angkut menurun, oksigen mudah lepas pada aktivitas fisik / exercise (PO2 menurun sampai 20 mmHg).
Tiga keadaan penting yang mempengaruhi kurva disosiasi oksihemoglobin adalah pH, suhu dan konsentrasi 2,3 difosfogliserrat (DPG ;2,3-DPG)
Kenaikan suhu atau penurunan pH menggeser kurva ke kanan. Bila kurva bergaser kea rah ini diperlukan PO2 yang lebih tinggi dan memungkinkan hemoglobin  untuk berikatan dengan oksigen yang diperlukan.
Sebaliknya, penurunan suhu atau kenaikan pH akan menggeser kurva kearah kiri dan diperlukan PO2 yang lebih rendah untuk berikatan dengan oksigen
Reflekbatuk (cough)
Saluran pernafasan memiliki bagian yang sangat peka terhadap rangsangan.
Bagian-bagian tersebut adalah sebagai berikut:
·      Laring,trachea dan bronchi sangat peka terhadap perabaan (light touch)
·      Sensor lain: bronchus terminalis dan alveoli peka terhadap rangsang kimiawi
·      Sensor taktil dan kemoreseptor aferen melalui nervus vagus menuju kepusat respiratori ( medulla oblongata ) mengeluarkanrespon melalui refleks batuk
Reflek batuk terjadi melalui mekanisme berikut:
1.     Pada saat inspirasi udara masuk keparu, epiglotis menutup glotis, pita suara tertutup untuk menahan udara inspirasi.
2.     Otot –otot ekspirasi termasuk otot - otot abdomen dan intercostalis interna berkontraksi dengan kuat karena peningkatan tekanan intra alveolar.
3.     Epiglotis dan pita suara tiba – tiba terbuka akibat ekspirasi kuat mendadak.
4.     Udara dengan cepat melewati bronchus besar dan trachea (v=100 mph) , sehingga benda – benda asing terbawa keluar
Reflek bersin (sneeze)
Mekanisme yang terjadi pada refleks bersin adalah sebagai berikut:
·           Reseptor taktil / khemis di hidung merangsang sensorik melalui nervus trigeminus kepusat pernafasan di medulla oblongata.
·           Urutan kejadian sama dengan batuk, disini uvula dalam keadaan posisi kebawah, sehingga aliran udara ekspirasi kuat melalui rongga mulut dan rongga hidung.
·           Tujuan refleks bersin adalah mengeluarkan benda asing dari rongga hidung.
·   Transportasi O2 dan CO2 dari dank e dalam metokondria
Mitokondria, kondriosom (bahasa Inggris: chondriosome, mitochondrion, plural:mitochondria) adalah organel tempat berlangsungnya fungsi respirasi sel makhluk hidup, selain fungsi selular lain, seperti metabolisme asam lemak, biosintesis pirimidin, homeostasis kalsium, transduksi sinyal selular dan penghasil energi[1] berupa adenosina trifosfat pada lintasan katabolisme.
Mitokondria mempunyai dua lapisan membran, yaitu lapisan membran luar dan lapisan membran dalam. Lapisan membran dalam ada dalam bentuk lipatan-lipatan yang sering disebut dengan cristae. Di dalam Mitokondria terdapat 'ruangan' yang disebut matriks, dimana beberapa mineral dapat ditemukan. Sel yang mempunyai banyak Mitokondria dapat dijumpai di jantung, hati, dan otot.
Terdapat hipotesis bahwa mitokondria merupakan organel hasil evolusi dari sel α-proteobacteria prokariota yang ber-endosimbiosis dengan sel eukariota.[2] Hipotesis ini didukung oleh beberapa fakta antara lain, adanya DNA di dalam mitokondria menunjukkan bahwa dahulu mitokondria merupakan entitas yang terpisah dari sel inangnya, beberapa kemiripan antara mitokondria dan bakteri, baik ukuran maupun cara reproduksi dengan membelah diri, juga struktur DNA yang berbentuk lingkaran.
Oleh karena itu, mitokondria memiliki sistem genetik sendiri yang berbeda dengan sistem genetik inti. Selain itu, ribosom dan rRNA mitokondria lebih mirip dengan yang dimiliki bakteri dibandingkan dengan yang dikode oleh inti sel eukariot[3].
Secara garis besar, tahap respirasi pada tumbuhan dan hewan melewati jalur yang sama, yang dikenal sebagai daur atau siklus Krebs

Struktur umum suatu mitokondrion
Mitokondria banyak terdapat pada sel yang memilki aktivitas metabolisme tinggi dan memerlukan banyak ATP dalam jumlah banyak, misalnya sel otot jantung. Jumlah dan bentuk mitokondria bisa berbeda-beda untuk setiap sel. Mitokondria berbentuk elips dengan diameter 0,5 µm dan panjang 0,5 – 1,0 µm. Struktur mitokondria terdiri dari empat bagian utama, yaitu membran luar, membran dalam, ruang antar membran, dan matriks yang terletak di bagian dalam membran[3].
Membran luar terdiri dari protein dan lipid dengan perbandingan yang sama serta mengandung protein porin yang menyebabkan membran ini bersifat permeabel terhadap molekul-molekul kecil yang berukuran 6000 Dalton. Dalam hal ini, membran luar mitokondria menyerupai membran luar bakteri gram-negatif. Selain itu, membran luar juga mengandung enzim yang terlibat dalam biosintesis lipid dan enzim yang berperan dalam proses transpor lipid ke matriks untuk menjalani β-oksidasi menghasilkan asetil-KoA.
Membran dalam yang kurang permeabel dibandingkan membran luar terdiri dari 20% lipid dan 80% protein. Membran ini merupakan tempat utama pembentukan ATP. Luas permukaan ini meningkat sangat tinggi diakibatkan banyaknya lipatan yang menonjol ke dalam matriks, disebut krista [4]. Stuktur krista ini meningkatkan luas permukaan membran dalam sehingga meningkatkan kemampuannya dalam memproduksi ATP. Membran dalam mengandung protein yang terlibat dalam reaksi fosforilasi oksidatif, ATP sintase yang berfungsi membentuk ATP pada matriks mitokondria, serta protein transpor yang mengatur keluar masuknya metabolit dari matriks melewati membran dalam.
Ruang antar membran yang terletak di antara membran luar dan membran dalam merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi yang penting bagi sel, seperti siklus Krebs, reaksi oksidasi asam amino, dan reaksi β-oksidasi asam lemak. Di dalam matriks mitokondria juga terdapat materi genetik, yang dikenal dengan DNA mitkondria (mtDNA), ribosom, ATP, ADP, fosfat inorganik serta ion-ion seperti magnesium, kalsium dan kalium

Fungsi mitokondria
Peran utama mitokondria adalah sebagai pabrik energi sel yang menghasilkan energi dalam bentuk ATP. Metabolisme karbohidrat akan berakhir di mitokondria ketika piruvat di transpor dan dioksidasi oleh O2¬ menjadi CO2 dan air. Energi yang dihasilkan sangat efisien yaitu sekitar tiga puluh molekul ATP yang diproduksi untuk setiap molekul glukosa yang dioksidasi, sedangkan dalam proses glikolisis hanya dihasilkan dua molekul ATP. Proses pembentukan energi atau dikenal sebagai fosforilasi oksidatif terdiri atas lima tahapan reaksi enzimatis yang melibatkan kompleks enzim yang terdapat pada membran bagian dalam mitokondria. Proses pembentukan ATP melibatkan proses transpor elektron dengan bantuan empat kompleks enzim, yang terdiri dari kompleks I (NADH dehidrogenase), kompleks II (suksinat dehidrogenase), kompleks III (koenzim Q – sitokrom C reduktase), kompleks IV (sitokrom oksidase), dan juga dengan bantuan FoF1 ATP Sintase dan Adenine Nucleotide Translocator (ANT)[5].

Siklus Hidup Mitokondria
Mitokondria dapat melakukan replikasi secara mandiri (self replicating) seperti sel bakteri. Replikasi terjadi apabila mitokondria ini menjadi terlalu besar sehingga melakukan pemecahan (fission). Pada awalnya sebelum mitokondria bereplikasi, terlebih dahulu dilakukan replikasi DNA mitokondria. Proses ini dimulai dari pembelahan pada bagian dalam yang kemudian diikuti pembelahan pada bagian luar. Proses ini melibatkan pengkerutan bagian dalam dan kemudian bagian luar membran seperti ada yang menjepit mitokondria. Kemudian akan terjadi pemisahan dua bagian mitokondria[6].

DNA mitokondria
Mitokondria memiliki DNA tersendiri, yang dikenal sebagai mtDNA (Ing. mitochondrial DNA). MtDNA berpilin ganda, sirkular, dan tidak terlindungi membran (prokariotik). Karena memiliki ciri seperti DNA bakteri, berkembang teori yang cukup luas dianut, yang menyatakan bahwa mitokondria dulunya merupakan makhluk hidup independen yang kemudian bersimbiosis dengan organisme eukariotik. Teori ini dikenal dengan teori endosimbion. Pada makhluk tingkat tinggi, DNA mitokondria yang diturunkan kepada anaknya hanya berasal dari betinanya saja (mitokondria sel telur). Mitokondria jantan tidak ikut masuk ke dalam sel telur karena letaknya yang berada di ekor sperma. Ekor sperma tidak ikut masuk ke dalam sel telur sehingga DNA mitokondria jantan tidak diturunkan.
·   Mekanisme regulasi pernapasan
Proses pernapasan pada manusia dapat terjadi secara sadar mauoun secara tidak sadar. Pernapasan secara sadar terjadi jika kita melakukan pengaturan-pengaturan saat bernapas, misalnya pada saat latihan dengan cara menarik napas panjang, kemudian menahannya beberapa saat, lalu mengeluarkannya. Pernapasan sacara tidak sadar yaitu pernapasan yang dilakukan secara otomatis dan dikendalikan oleh saraf di otak, misalnya pernapasan yang terjadi pada saat kita tidur.
Dalam pernapasan selalu terjadi dua siklus, yaitu inspirasi (menghirup udara) dan ekpirasi (menghembuskan udara). Berdasarkan cara melakukan inspirasi dan ekspirasi serta tempat terjadinya, manusia dapat melakukan dua mekanisme pernapasan, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut.

Pernapasan dada
Proses inpirasi ini diawali dengan berkontraksinya muskulus interkotalis (otot antartulang rusuk), sehingga menyebabkan terangkatnya tulang rusuk. Keadaan ini mengakibatkan rongga dada membesar dan paru-paru mengembang. Paru-paru yang mengembang menyebabkan tekanan udara rongga paru-paru menjadi lebih rendah dari tekanan udara luar. Dengan demikian, udara luar masuk ke dalam paru-paru.
Sebaliknya, proses ekspirasi berlangsung pada saat muskulus interkostalis berelaksasi sehingga tulang rusuk turun kembali. Keadaan ini mengakibatkan rongga dada menyempit dan paru-paru mengecil. Paru-paru yang mengecil menyebabkan tekanan udara dalam rongga paru-paru menjadi lebih tinggi dari tekanan udara luar, sehingga udara keluar dari paru-paru

Pernapasan perut
Mekanisme proses inspirasi pernapasan perut diawali dengan berkontraksinya otot diafragma, sehingga diafragma yang semula melengkung berubah menjadi datar. Keadaan diafragma yang datar mengakibatkan rongga dada dan paru-paru mengembang. Tekanan udara yang rendah dalam paru-paru menyebabkan udara dari luar masuk ke dalam paru-paru
Proses ekspirasi terjadi pada saat otot diafragma berelaksasi, sehingga diafragma kembali melengkung. Keadaan melengkungnya diafragma mengakibatkan rongga dada dan paru-paru mengecil, tekanan udara dalam paru-paru naik, sehingga udara keluar dari paru-paru.
Pertukaran gas antara oksigen dan karbon dioksida terjadi melalui proses difusi. Proses tersebut terjadi di alveolus dan di sel jaringan tubuh. Proses difusi berlangung sederhana, yaitu hanya dengan gerakan molekul-molekul secara bebas melalui membrane sel dari konsentrasi tinggi atau tekanan tinggi ke konsentrasi rendah atau tekanan rendah.
Oksigen masuk ke dalam tubuh melalui inspirasi dari rongga hidung sampai alveolus. Di alveolus oksigen mengalami difusi ke kapiler arteri paru-paru. Masuknya oksigen dari luar menyebabkan tekanan parsial oksigen (PO2) di alveolus lebih tinggi dibandingkan dengan PO2 di kapiler arteri paru-paru. Karena proses difusi selalu terjadi dari daerah yang bertekanan tinggi ke derah bertekanan rendah , oksigen akan bergerak dari alveolus menuju kapiler arteri paru-paru.(Campbell et al, 2000)
Oksigen di kapiler arteri diikat oleh eritrosit yang mengandung hemoglobin sampai jenuh. Makin tinggi tekanan parsial oksigen di alveolus, semakin banyak oksigen yang terikat oleh hemoglobin dalam darah. Oksigen yang berikatan dengan hemoglobin akan membentuk oksihemogblobin.
Reaksi antara hemoglobin dan oksigen berlangsung secara reversible (bolak-balik) yang dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu suhu, pH, konsentrasi oksigen dan karbon dioksida, serta tekanan parsial.
Hemoglobin akan mengangkut oksigen ke jaringan tubuh yang kemudian akan berdifusi masuk ke sel-sel tubuh untuk digunakan dalam proses respirasi. Di dalam sel-sel tubuh atau jaringan tubuh, oksigen digunakan untuk proses respirasi di dalam mitokondria sel. Semakin banyak oksigen yang digunakan oleh sel-sel tubuh, semakin banyak karbondioksida yang terbentuk dari proses respirasi. Hal tersebut menyebabkan tekanan parsial karbon dioksida atau PCO2 dalam sel-sel tubuh lebih tinggi dibandingkan PCO2 dalam kapiler vena sel-sel tubuh. Oleh karena itu, karbon dioksida dapat berdifusi dari sel tubuh ke kapiler vena sel tubuh yang kemudian akan dibawa oleh eritrosit menuju paru-paru. Di paru-paru terjadi difusi CO2 dari kapiler vena menuju alveolus. Proses tersebut terjadi karena tekanan parsial CO2 pada kapiler vena lebih tinggi daripada tekanan parsial CO2 dalam alveolu. Karbondioksida ahirnya akan dikeluarkan dari tubuh melalui ekspirasi.
·   Acidosis dan alkalosis respiratorik
Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari darah dan cairan tubuh lainnya.
satuan derajat keasaman adalah ph:
  ph 7,0 adalah netral
  ph diatas 7,0 adalah basa (alkali)
  ph dibawah 7,0 adalah asam.
suatu asam kuat memiliki ph yang sangat rendah (hampir 1,0); sedangkan suatu basa kuat memiliki ph yang sangat tinggi (diatas 14,0).darah memiliki ph antara 7,35-7,45.
keseimbangan asam-basa darah dikendalikan secara seksama, karena perubahan ph yang sangat kecilpun dapat memberikan efek yang serius terhadap beberapa organ. Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa darah:
  1. kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia
    ginjal memiliki kemampuan untuk merubah jumlah asam atau basa yang dibuang, yang biasanya berlangsung selama beberapa hari.
  2. tubuh menggunakan penyangga ph (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam ph darah.
    suatu penyangga ph bekerja secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan ph suatu larutan.
    penyangga ph yang paliing penting dalam darah menggunakan bikarbonat.
    bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam kesetimbangan dengan karbondioksida (suatu komponen asam).
    jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida. jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.
  3. pembuangan karbondioksida.
    karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus menerus yang dihasilkan oleh sel.
    darah membawa karbondioksida ke paru-paru dan di paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan).
    pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan.
    jika pernafasan meningkat, kadar karbon dioksidadarah menurun dan darah menjadi lebih basa. jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan darah menjadi lebih asam.
    dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan paru-paru mampu mengatur ph darah menit demi menit.
adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian ph tersebut, bisa menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau alkalosis.
asidosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung asam (atau terlalu sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya ph darah.
alkalosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung basa (atau terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya ph darah.
asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan suatu akibat dari sejumlah penyakit.
terjadinya asidosis dan alkalosis merupakan petunjuk penting dari adanya masalah metabolisme yang serius.
asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi metabolik atau respiratorik, tergantung kepada penyebab utamanya.
asidosis metabolik dan alkalosis metabolik disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam pembentukan dan pembuangan asam atau basa oleh ginjal.
asidosis respiratorik atau alkalosis respiratorik terutama disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kelainan pernafasan.
Asidosis Respiratorik
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan yang lambat.
Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah.
Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah menjadi asam.
Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.
Penyebab :
Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan karbondioksida secara adekuat.
Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi paru-paru, seperti:
- Emfisema
- Bronkitis kronis
- Pneumonia berat
- Edema pulmoner
- Asma.
Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan.
Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika dan obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan.
Asidosis Metabolik
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah.
Bila peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam.
Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida.
Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih.
Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan koma.
Penyebab :
Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok utama:
  1. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau suatu bahan yang diubah menjadi asam.
    Sebagian besar bahan yang menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap beracun.
    Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol).
    Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
  2. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.
    Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa penyakit; salah satu diantaranya adalah diabetes melitus tipe I.
    Jika diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan menghasilkan asam yang disebut keton.
    Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam laktat dibentuk dari metabolisme gula.
  3. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam dalam jumlah yang semestinya.
    Bahkan jumlah asam yang normalpun bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara normal.
    Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis, yang bisa terjadi pada penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam.
Penyebab utama dari asidois metabolik:
  Gagal ginjal
  Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
  Ketoasidosis diabetikum
  Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
  Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid, asetazolamid atau amonium klorida
  Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena diare, ileostomi atau kolostomi.
Alkalosis Respiratorik
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena pernafasan yang cepat dan dalam menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah menjadi rendah.
Penyebab :
Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah.
Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah kecemasan.
Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah:
- rasa nyeri
- sirosis hati
- kadar oksigen darah yang rendah
- demam
- overdosis aspirin.
Pengobatan :
Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat pernafasan.
Jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa meredakan penyakit ini.
Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda nyeri.
Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan kantung plastik) bisa membantu meningkatkan kadar karbondioksida setelah penderita menghirup kembali karbondioksida yang dihembuskannya.
Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya selama mungkin, kemudian menarik nafas dangkal dan menahan kembali nafasnya selama mungkin. Hal ini dilakukan berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali.
Jika kadar karbondioksida meningkat, gejala hiperventilasi akan membaik, sehingga mengurangi kecemasan penderita dan menghentikan serangan alkalosis respiratorik.
Alkalosis Metabolik
Defenisi :Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena tingginya kadar bikarbonat.
Penyebab :
Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam.
Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut).
Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat.
Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan keseimbangan asam basa darah.
Penyebab utama akalosis metabolik:
1. Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)
2. Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
3. Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat penggunaan kortikosteroid).
·   Fungsi jantung dan pernapasan untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi
Secara umum fungsi jantung adalah memompa darah ke seluruh tubuh dan menampungnya kembali setelah dibersihkan organ paru-paru. Hal ini berarti bahwa fungsi jantung manusia adalah sebagai alat atau organ pemompa darah pada manusia. Pada saat itu jantung menyediakan oksigen darah yang cukup dan dialirkan ke seluruh tubuh, serta membersihkan tubuh darih hasil metabolisme (karbondioksida). Sehingga untuk melaksanakan fungsi tersebut jantung mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan selanjutnya memompanya ke paru-paru, dengan cara darah pada jantung mengambil oksigen dan membuang karbondioksida. Pada jantung darah yang kaya akan oksigen yang berasal dari paru-paru dipompa ke jaringan seluruh tubuh Manusia.
Bertambahnya usia seseorang, akan sangat berpengaruh terhadap fungsionalitas jantung itu sendiri. Hal ini berarti karena jantung bekerja secara terus menerus selama manusia hidup, akan berpengaruh terhadap kemampuan fungsi jantung secara berangsur akan mengalami penurunan. Dan hal ini akan semakin drastis penurunan fungsi jantung apabila terdapat keadaan lain yang mempengaruhi fungsi jantung itu sendiri. Misalnya terjadi infeksi otot jantung atau selaput otot miokarditis atau perikarditis, berkurangnya oksigen karena penyempitan pembuluh darah yang menyuplainya sering disebut sebagai penyakit jantung koroner, bertambahnya massa otot karena meningkatnya tekanan, dan sebagainya.