Halaman
- Beranda
- FISIOLOGI
- Fungsi dan mekanisme kerja jantung, mekanisme regulasi dan sirkulasi darah, gangguan fungsi jantung dan sirkulasi darah.
- Sistem konduksi listrik jantung
- Mekanisme kontraksi otot jantung
- Pembuluh darah arteri, vena dan system kapiler
- KAPILER
- ARTERI
- VENA
- Tekanan darah dan mekanisme regulasinya Sistem Saraf
- Gangguna fungsi jantung
- Gangguan sirkulasi darah
- Ventilasi, perfusi, transportasi, regulasi dan gangguan pernapasan.
- Transportasi O2 dan CO2 dalam pembuluh darah dari darah dan ke dalam sel.
- Mekanisme regulasi pernapasan
- Acidosis dan alkalosis respiratorik
- Asidosis Respiratorik
- Fungsi jantung dan pernapasan untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi
Senin, 13 Mei 2013
FISIOLOGI
FISIOLOGI
Fisiologi atau ilmu faal (dibaca fa-al) adalah
salah satu dari cabang-cabang
biologi yang
mempelajari berlangsungnya sistem kehidupan.
Istilah "fisiologi" dipinjam dari bahasa Belanda, physiologie,
yang dibentuk dari dua kata Yunani
Kuna: φύσις, physis, berarti "asal-usul" atau
"hakikat" dan λογία, logia, yang berarti "kajian".
Istilah "faal" diambil dari bahasa Arab, berarti "pertanda", "fungsi",
"kerja".
Fisiologi
menggunakan berbagai metode untuk mempelajari biomolekul,
sel, jaringan,
organ, sistem organ, dan organisme
secara keseluruhan menjalankan fungsi fisik dan kimiawinya untuk mendukung
kehidupan. Fisiologi merupakan salah satu bidang ilmu yang menjadi objek
pemberian Penghargaan
Nobel (Penghargaan Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran).
Berdasarkan
objek kajiannya dikenal fisiologi manusia, fisiologi
tumbuhan, dan fisiologi hewan, meskipun prinsip fisiologi bersifat universal,
tidak bergantung pada jenis organisme
yang dipelajari. Sebagai contoh, apa yang dipelajari pada fisiologi sel
khamir
dapat pula diterapkan sebagian atau seluruhnya pada sel manusia.
Ilmu-ilmu
lain telah berkembang dari fisiologi mengingat ilmu ini sudah cukup tua.
Beberapa turunan yang penting adalah biokimia,
biofisika,
biomekanika, genetika
sel, farmakologi, dan ekofisiologi. Perkembangan biologi molekuler memengaruhi arah kajian fisiologi.
Sejarah
Fisiologi
eksperimental diawali pada abad ke-17, ketika ahli anatomi
William Harvey menjelaskan adanya sirkulasi darah. Herman Boerhaave sering disebut sebagai bapak fisiologi karena
karyanya berupa buku teks berjudul Institutiones Medicae (1708) dan cara
mengajarnya yang cemerlang di Leiden.
Bidang-bidang fisiologi
Fisiologi
di bidang kedokteran berperan sangat besar. Akibat mendalamnya kajian,
terdapat beberapa subbidang. Elektrofisiologi berkaitan dengan cara kerja saraf
dan otot;
neurofisiologi mempelajari fisiologi otak;
fisiologi
sel menunjuk pada
fungsi sel
secara individual.
Banyak
bidang yang berkaitan dengan fisiologi, di antaranya adalah Ekofisiologi yang mempelajari pengaruh lingkungan terhadap
perubahan fisiologi dalam tubuh hewan dan tumbuhan. Genetika
bukanlah satu-satunya faktor yang memengaruhi fisiologi hewan dan tumbuhan.
Tekanan lingkungan juga sering menyebabkan kerusakan pada organisme eukariotik. Organisme yang tidak hidup di habitat
akuatik harus menyimpan air dalam lingkungan seluler. Pada organisme demikian, dehidrasi
dapat menjadi masalah besar.
Dehidrasi
pada manusia dapat terjadi ketika terdapat peningkatan aktivitas fisik. Dalam
bidang fisiologi keolahragaan, telah dilakukan berbagai penelitian mengenai efek
dehidrasi terhadap homeostasis.
Fisiologi hewan
Fisiologi
hewan bermula dari metode dan peralatan yang digunakan dalam pembelajaran fisiologi manusia yang kemudian meluas pada spesies
hewan selain manusia. Fisiologi tumbuhan banyak menggunakan teknik dari kedua
bidang ini.
Cakupan
subjek dari fisiologi hewan adalah semua makhluk hidup. Banyaknya subjek
menyebabkan penelitian di bidang fisiologi hewan lebih terkonsentrasi pada
pemahaman bagaimana ciri fisiologis berubah sepanjang sejarah evolusi hewan.
Materi 5 :
|
||
Fungsi dan mekanisme kerja jantung,
mekanisme regulasi dan sirkulasi darah, gangguan fungsi jantung dan sirkulasi
darah.
|
||
· Mekanisme jantung sebagai pompa
Jantung memiliki 2 atrium & 2 ventrikel
Ant. Vent. Ki & Atrium Ki terdapat katup tricuspidalis Ant. Vent. Ka & Atrium Ka terdapat katup bicuspidalis (mitralis) Ant. Vent. Ki & A. Pulmonalis serta vent. Ka & Aorta terdapat katup Semilunaris Tenaga utama pompa jantung berasal dari ventrikel Vena besar yang bermuara di jantung tdk dibatasi oleh katup Dinding jantung mendapatkan darah dari A. Coroner Ki. & Ka. Otot jantung sama dengan otot skelet (rangka/lurik) , memiliki filamen actin & myosin, sehingga kontraksinya berlangsung karena pergeseran kedua filamen ini |
||
· Sistem konduksi listrik jantung
Impuls jantung berasal dari nodus SA, pemacu jantung, yang memiliki
kecepatan depolarisasi spontan ke ambang yang tertinggi. Setelah dicetuskan,
potensial aksi menyebar ke seluruh atrium kanan dan kiri, sebagian dipermudah
oleh jalur penghantar khusus, tetapi sebagian besar melalui penyebaran impuls
dari sel ke sel melalui gap junction. Impuls berjalan dari atrium ke dalam
ventrikel melalui nodus AV, satu-satunya titik kontak listrik antara kedua
bilik tersebut. Potensial aksi berhenti sebentar di nodus AV, untuk
memastikan bahwa kontraksi atrium mendahului kontraksi ventrikel agar
pengisian ventrikel berlangsung sempurna. Impuls kemudian dengan cepat
berjalan ke septum antarventrikel melalui berkas His dan secara cepat
disebarkan ke seluruh miokardium melalui serat-serat Purkinje. Sel-sel
ventrikel lainnya diaktifkan melalui penyebaran impuls dari sel ke sel
melalui gap junction. Dengan demikian, atrium berkontraksi sebagai satu
kesatuan, diikuti oleh kontraksi sinkron ventrikel setelah suatu jeda
singkat. Potensial aksi serat-serat jantung kontraktil memperlihatkan fase
positif yang berkepanjangan, atau fase datar, yang disertai oleh periode
kontraksi yang lama, untuk memastikan agar waktu ejeksi adekuat. Fase datar ini
terutama disebabkan oleh pengaktifan saluran Ca++ lambat. Karena terdapat
periode refrakter yang lama dan fase datar yang berkepanjangan, penjumlahan
dan tetanus otot jantung tidak mungkin terjadi. Hal ini memastikan bahwa
terdapat periode kontraksi dan relaksasi yang berganti-ganti sehingga dapat
terjadi pemompaan darah.
|
||
· Mekanisme kontraksi otot jantung
- Sel otot jantung bersifat autoritmik yaitu sebagai otot yang
mempunyai daya rangsang untuk dirinya sendiri, sehingga menyebabkan aksi
potensial yang spontan yang menyebabkan proses kontraksi.
- Adanya aksi potensial akan menimbulkan depolarisasi membrane serat
otot dan berjalan lebih dalam kedalam serat otot pada tempat dimana potensial
aksi dapat mendepolarisasi sarkolema dan sitem tubulus T, sehingga ion
kalsium dari cairan ekstrasel masuk. Potensial aksi juga menyebabkan
reticulum sarkoplasma melepaskan sejumlah besar ion kalsium kedalam
myofibril.
- Adanya ion kalsium dalam jumlah besar, efek penghambatan
troponin/tropomiosin terhadap filament yang akan dihambat. Dengan
meningkatnya ion kalsium maka akan meningkatkan gabungan kalsium troponin
- Komplek troponin akan mengalami perubahan bentuk yang menarik
molekul tropomiosin dan memindahkannya lebih dalam kelekukan antara dua untai
aktin. Sehingga bagian aktif dari aktin tidak tertutupi.
- Setelah filamin aktin menjadi teraktivasi oleh ion-ion kalsium,
kepala jembatan penyebrangan dari filamen myosin menjadi tertarik ke bagian
aktif filament aktin.
- Setelah kepala jembatan penyebrangan melekat pada bagian aktif
menimbulkan kekuatan intramolekuler yang akan menyebabkan kepala miring ke
arah lengan dan menarik filament aktin ( power stroke) segera setelah kepala
miring secara otomatis terlepas dari bagian aktif kembali ke arah normal.
Kemudian kepala akan berkombinasi bagian aktif yang baru sepanjang filament
aktin, kemudian kepala miring lagi untuk menimbulkan power stroke baru,
sehingga kepala jembatan penyebrangan membelok ke depan dan ke belakang
berjalan sepanjang filament aktin, menarik ujung filament aktin ketengah
filament myosin sehingga terjadi kontraksi.
- Proses tersebut akan berlangsung terus sampai filament aktin menarik
membrane Z menyentuh ujung akhir filament myosin. Kontraksi akan terus
berlangsung sehingga lebih memendekkan panjang sarkomer ujung-ujung filament
myosin menjadi kusut dan kekuatan kontraksi menurun dengan cepat.
c. Mekanisme
Relaksasi Otot Jantung
- Ion Ca yang kembali ke
reticulum sarkoplasma meningkat.
- Ca keluar dari sel lewat
sarkoplasma, fasilitas pemasukan Ca dalam sarkoplasma menurun.
- Menurunnya ion Ca yang
berikatan dengan Troponin C.
- Meningkatnya komplek
troponin/ tropomiosin akan menutupi bagian aktif dari filament aktin sehingga
menghambat aktin dan myosin berkontraksi.
- Menyebabkan aktin myosin
relaksasi.
Energi yang digunakan pada proses kontraksi. Kebanyakan energi
dibutuhkan untuk menjalankan mekanisme pembentukan power stroke untuk
berkontraksi. Sebagian kecil energi digunakan untuk:
- Memompa ion Ca dari sarkoplasma ke dalam retikulum sarkoplasma
setelah kontraksi berakhir.
- Memompa ion Na dan K melalui membrane untuk mempertahankan
lingkungan yang ionic untuk pembentukan aksi potensial.
Energi yang digunakan untuk kontraksi otot adalah ATP. ATP ini
terdapat pada kepala jembatan penyebrangan. Sebelum digunakan ATP dipecah
menjadi ADP dan P inorganic. ADP yang sudah digunakan dengan segera akan
mengalami reposporilasi untuk membentuk ATP baru. Sumber energi untuk
reposporiliasi adalah:
- Sumber energi utama yang digunakan untuk menyusun kembali ATP adalah
creatinin phospat, yang membawa ikatan phospat berenergi tinggi yang serupa
dengan ATP. Creatinin phospat segera dipecahkan dan pelepasan energi
menyebabkan terikatnya sebuah ion phospat baru pada ADP untuk membentuk ATP.
- Sumber energi yang lain yang digunakan untuk menyusun kembali
creatinin phospat dan ATP adalah Glikogen yang sudah disimpan dalam otot.
Pemecahan glikogen secara enzymatic menjadi asam piruvat dan asam laktat yang
berlangsung cepat akan membebaskan energi yang digunakan untuk mengubah ADP
menjadi ATP dan untuk membentuk kembali penyimpanan creatinin phospat.
- Sumber energi dari metabolisme oksidatif dengan mengkombinasikan O2
dan bahan makanan seluler untuk membebaskan ATP.
Metabolisme Sel Miocard
Serabut otot mempunyai tiga sumber untuk membentuk ATP, yaitu
creatinin phospatace secara aerob dan anaerob. Energi menyebar dalam
miokardium untuk memproduksi phosfat berenergi tinggi (ATP) melalui proses
posporilasi dan glikolisis dengan proses secara aerob oleh suplai yang kaya
akan kapiler,kira-kira 1 kapiler/serabut.
Sama seperti metabolisme sel pada umumnya metabolisme otot jantung
juga untuk membentuk ATP yang digunakan untuk proses berkontraksi. Kontraksi
miokardium menyebabkan terpecahnya ATP menjadi ADP dan P inorganik.ADP
bereaksi dengan cretinin phospat membentuk ATP baru dan creatinin yang
dibantu oleh CK. Kira-kira 99% CrP yang sudah dipakai segera didaur ulang,sehingga
konsentrasi ATP tidak pernah berkurang.Metabolisme dari otot jantung
dipengaruhi oleh katekolamin,khususnya neurotransmitter non epineprin dan
epineprin.Nonepineprin dari ujung system saraf simpatis dapat meningkatkan
pemecahan glikogen dan trigliserid dalam sel miokardium untuk diubah menjadi
energi.Nonepineprin bereaksi dengan sarkoplasma mengaktifkan enzim adenylate
sylase.
Dalam metabolisme miokard asam-asam amino dalam keadaan normal tidak
memberikan sumbangan yang berarti.Otot jantung menggunakan asam lemak sebagai
sumber energi,sekitar 70% sisanya berasal dari karbohidrat.Dalam keadaan
anaerob,metabolisme jantung harus memakai mekanisme glikolisis anaerob untuk
energinya.Karena glikolisis menggunakan glukosa dalam jumlah besar akan membentuk
sejumlah besar asam laktat di jaringan jantung,yang menjadi salah satu
penyebab nyeri pada keadaan iskemik.
|
||
· Pembuluh darah arteri, vena dan system kapiler
Perlu diketahui Setiap kali jantung berdenyut, jantung memompa darah
sekitar 85 cc. Apabila dalam satu menit jantung berdenyut sebanyak 70 kali,
berapa banyak darah yang dipompa?
Banyak darah yang dipompa selama 1 menit kurang lebih 6 liter (85cc x
70 kali). Dengan demikian selama sehari atau 24 jam, banyak darah yang
dipompa kurang lebih 8500 liter (6 liter x 60 menit x 24 jam). Darah
diedarkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah (vaskuler).
Pembuluh darah yang kita punya ini seperti sarana jalan yang selalu
ramai dilalui kendaraan berupa sel darah plasma darah dimana jalanya satu
arah dan tidak pernah sepi namun juga tidak macet. tidak ada polisi tidur
kecuali jika ada sklerosis ataupun trombus dan embolus
Pembuluh darah kita terbayang seperti pipa dengan beberapa variasi
diameter. Pipa pipa itu dari sumbernya (source) nya diameternya sangat besar
kemudian mengecil yang semuanya bertujuan untuk menambahkan tekanan , membuat
lebih tipis dan memudahkan difusi ketika paling tipis berupa ( kapiler) jadi Pebuluh
darah ketka masih berupa aorta yang besar banget tidak akan pernah terjadi
difusi karena selain tebal aliran darahnya juga masih kenceng OK
Secara umum pembuluh darah terdiri dari 3 lapisan yaitu tunika
adventisia, tunika media dan tunika intima.
Tunika adventisia merupakan lapisan paling luar berupa jaringan ikat
yang kuat. Tunika media merupakan lapisan tengah yang terdiri dari otot
polos. Tunika intima membentuk dinding dalam dari pembuluh darah terdiri dari
sel-sel endotel. Celah antara sel-sel endotel membentuk pori-pori pembuluh
darah.
Pembuluh darah ada 3 macam yaitu arteri, vena dan kapiler.
KAPILER
Kapiler merupakan pembuluh darah kecil yang sangat tipis, hanya
dibentuk oleh tunika intima saja sehingga memudahkan proses pertukaran zat
antara pembuluh darah dengan sel atau jaringan.
Pembuluh darah kapiler berasal dari bahasa Latin capillaris
Pembuluh kapiler merupakan pembuluh darah yang mengalirkan darah dari
arteri, yang bercabang dan menyempit ke arteriola, dan kemudian masih
bercabang lagi menjadi kapiler. Setelah terjadinya difusi jaringan, kapiler
bergabung membentuk venule dan melebar menjadi vena, yang mengembalikan darah
ke jantung.
Dinding kapiler berupa epithel pipih selapis yang tipis sehingga gas
dan molekul seperti oksigen , carbon dioksida bisa berdifusi serta air, zat
zat terlarut berupa protein, glukosa dan lemak dapat mengalir melewatinya
secara osmosis dengan dipengaruhi oleh gradien osmotik dan hidrostatik.
Fungsi kapiler adalah :
Penghubung arteri dan vena
Tempat terjadinya pertukaran zat
Absorbsi nutrisi pada usus
Filtrasi pada ginjal
Absorbsi sekret kelenjar
ARTERI
Arteri merupakan pembuluh darah yang mengalirkan darah dari jantung ke
seluruh tubuh. Arteri membawa darah yang kaya oksigen, kecuali arteri
pulmonalis.
Arteri bersifat elastik karena mempunyai lapisan otot polos dan
serabut elastik sehingga dapat berdenyut-denyut sebagai kompensasi terhadap
tekanan jantung pada saat sistol.
Arteri yang lebih kecil dan arteriola lebih banyak mengandung lapisan
otot sebagai respon terhadap pengendalian saraf vasomotor.
Arteri mendapatkan suplai darah dari pembuluh darah khusus yang
disebut vasa vasorum, dipersarafi oleh serabut saraf motorik yang disebut
vasomotor.
Arteri mempunyai diameter yang berbeda-beda, mulai yang besar yaitu
aorta kemudian bercabang menjadi arteri dan arteriola. Dinding arteri tebal
karena membawa darah dengan tekanan yang tinggi di tubuh tidak berada di
permukaan tetapi agak kedalam dibawah permukaan berwarna cenderung merah
karena cenderung membawa darah yang mengandung oksigen kecuali arteri
pulmonalis.
VENA
Vena merupakan pembuluh darah yang mengembalikan darah dari seluruh
tubuh ke jantung sehingga dinamakan pula pembuluh balik.
Vena mempunyai tiga lapisan seperti arteri tetapi mempunyai lapisan
otot polos yang lebih tipis, kurang kuat dan mudah kempes (kolaps).
Vena dilengkapi dengan katup vena yang berfungsi mencegah aliran balik
darah ke bagian sebelumnya karena pengaruh gravitasi.
Katup vena berbentuk lipatan setengah bulat yang terbuat dari lapisan
dalam vena yaitu lapisan endotelium yang diperkuat oleh jaringan fibrosa.
Cara mengalirkan darah di vena agar bisa kembali kejantung
Pada kapiler terdapat spingter prakapiler mengatur aliran darah ke
kapiler :
Bila spingter prakapiler berelaksasi maka kapiler-kapiler yang
bercabang dari pembuluh darah utama membuka dan darah mengalir ke kapiler.
Bila spingter prakapiler berkontraksi, kapiler akan tertutup dan
aliran darah yang melalui kapiler tersebut akan berkurang.
Pada vena bila otot berkontraksi maka vena akan terperas dan kelepak
yang terdapat pada jaringan akan bertindak sebagai katup satu arah yang
menjaga agar darah mengalir hanya menuju ke jantung.
Ada beberapa pembuluh darah besar yang berdekatan letaknya dengan
jantung yaitu :
Vena Cava Superior Vena cava superior adalah vena besar yang membawa
darah kotor dari tubuh bagian atas menuju atrium kanan.
Vena Cava Inferior Vena cava inferior adalah vena besar yang membawa
darah kotor dari bagian bawah diafragma ke atrium kanan.
Sinus Conaria Sinus coronary adalah vena besar di jantung yang membawa
darah kotor dari jantung sendiri.
Trunkus Pulmonalis Pulmonary trunk adalah pembuluh darah besar yang
membawa darah kotor dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis. Arteri
pulmonalis dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang membawa darah kotor
dari pulmonary trunk ke kedua paru-paru.
Vena Pulmonalis Vena pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri
yang membawa darah bersih dari kedua paru-paru ke atrium kiri.
Aorta Asendens Ascending aorta, yaitu pembuluh darah besar yang
membawa darah bersih dari ventrikel kiri ke arkus aorta (lengkung aorta) ke
cabangnya yang bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian atas.
Aorta Desendens Descending aorta,yaitu bagian aorta yang membawa darah
bersih dan bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian bawah.
Ada beberapa jenis vena yang penting untuk materi
Vena porta : vena yang port (mampir) terlebih dahulu di organ sebelum
ke jantung
Vena porta hepatica : vena dari usus ke hati : vena ini kaya makanan
hasil penyerapan dari usus ( di tubuh kita dijumpai)
Vena porta renalis : vena dari tungkai belakang kaki pada katak mampir
ke ginjal , baru ke jantung
Penyakit penyakitnya
Arteri : cenderung terjadi penyempitan karena ada sumbatan : sklerosis
( atreosklerosis : lemak dan Arterio sklerosis : oleh kapur )
Vena : cenderung melebar karena aliran ditentukan pula oleh tekanan
otot , pelebaran vena di betis : varises , pelebaran di sekitar anus :
hemoroid/wasir)
Kapiler : cenderung penyempitan karena ada sumbatan : Thrombus :
sumbatan padat , Embolus sumbatan berupa udara (gas) , lemak : struk
/hipertensi
|
||
· Tekanan darah dan mekanisme regulasinya
Sistem Saraf
Sistem saraf mengontrol tekanan darah dengan mempengaruhi tahanan pembuluh darah perifer. Dua mekanisme yang dilakukan adalah mempengaruhi distribusi darah dan mempengaruhi diameter pembuluh darah. Umumnya kontrol sistem saraf terhadap tekanan darah melibatkan: baroreseptor dan serabut2 aferennya, pusat vasomotor dimedula oblongata serta serabut2 vasomotor dan otot polos pembuluh darah. Kemoreseptor dan pusat kontrol tertinggi diotak juga mempengaruhi mekanisme kontrol saraf. Pusat Vasomotor mempengaruhi diameter pembuluh darah dengan mengeluarkan epinefrin sebagai vasokonstriktor kuat, dan asetilkolin sebagai vasodilator. Baroresptor, berlokasi pada sinus karotikus dan arkus aorta. Baroresptor dipengaruhi oleh perubahan tekanan darah pembuluh arteri. Kemoresptor, berlokasi pada badan karotis dan arkus aorta. Kemoreseptor dipengaruhi oleh kandungan O2, CO2, atau PH darah.
Kontrol Kimia
Selain CO2 dan O2, sejumlah kimia darah juga membantu regulasi tekanan darah melalui refleks kemoreseptor yang akan dibawa ke pusat vasomotor. Hormon yang mempengaruhi: epinefrin dan norepinefrin, Natriuretik Atrial, ADH, angiotensin II, NO, dan alkohol. |
||
· Gangguna fungsi jantung
RMOL.Jantung koroner termasuk serangan penyakit yang familiar di
masyarakat. Namun, tak banyak yang tahu soal gangguan irama jantung tersebut.
Gejalanya sulit dikenali.
Berbeda dengan serangan jantung atau jantung koroner yang bisa
dideteksi gejalanya, gangguan irama jantung memang tidak memiliki ciri-ciri
khusus. Namun jika menderita penyakit ini, pasien bisa mengalami kematian
mendadak.
Penyakit ini terjadi karena pembuluh darah koroner mengalami penyempitan
akibat kolesterol jahat atau low density lipoprotein (LDL) yang mengendap.
Kelebihan kolesterol LDL dalam pembuluh darah dapat menyebabkan penyakit
kardiovaskular seperti penyakit jantung koroner dan stroke.
“Gangguan irama jantung ada dua macam, iramanya bisa cepat bisa juga
lambat. Namun akibatnya sama, penderita bisa pingsan, mudah lelah, gagal
jantung hingga mati mendadak,” jelas dokter spesialis jantung Rumah Sakit
(RS) Eka Hospital Tangerang, Daniel Tanubudi saat jumpa pers The 2nd Annual
East Meets West Cardiology Symposium di Ritz Carlton Hotel - Pacific Place,
Jakarta.
Kepala Departemen Kardiologi dari RS Eka Hospital ini mengatakan,
jantung manusia itu sudah berfungsi dengan baik sejak berada di dalam
kandungan usia tiga bulan. Irama jantung bisa dikatakan normal bila berdenyut
memompa darah secara teratur sesuai aktifitas yang dilakukan manusia. Saat
beristirahat, irama jantung yang normal, adalah 60-100 kali per menit.
Sementara, jika irama jantung seseorang beristirahat kurang atau lebih
dari 60-100 kali per menit bisa dikatakan mengalami gangguan irama jantung.
Pakar penyakit jantung dr Emanoel Oepangat menuturkan, untuk
menjalankan fungsi utamanya sebagai pemompa darah, jantung memiliki “gardu
listrik” dan kabel-kabel (syaraf) yang merangsang jantung untuk berdenyut
secara ritmis atau teratur.
“Kerusakan pada kabel atau sumber listrik akan memicu gangguan irama
jantung,” cetus Emanoel.
Faktor lain gangguan irama jantung, lanjut dia, bisa dipengaruhi oleh
gaya hidup. Makan sembarangan bisa menyebabkan penumpukan lemak dan
kolesterol dalam aliran darah yang menyebabkan aliran dalam darah tidak
mengalir sempurna.
Komite Medis Eka Hospital, dr. Sukmana Tulus Putra mengatakan, cara
mendeteksi gangguan irama jantung bisa melalui rekam jantung dan USG jantung.
“Kalau sudah ada gejala, pasien bisa konsultasi. Dari hasil rekam
jantung dan USG jantung bisa terlihat, apakah pasien menderita gangguan irama
jantung atau tidak,” kata Sukmana.
Untuk pengobatan, lanjut Sukmana, penderita gangguang irama jantung
bisa diberi obat untuk menormalkan gangguan tersebut. “Namun kalau
gangguannya sudah berat, harus dipasang alat pacu jantung,” tegasnya.
Gejalanya Mirip Masuk Angin, Nyeri Seperti Ditusuk-tusuk
Gejala awal penyakit jantung hampir sama dengan masuk angin. Namun
banyak orang mengabaikan gejala ini. Kalaupun ada yang mengambil tindakan,
lebih suka mengobati dengan cara tradisional. Seperti dipijat atau kerokan.
Memang setelah dikerok, badan terasa lebih enak.
Gejala nyeri di jantung hingga sesak napas terkadang hilang sendiri
dan kadang-kadang timbul disertai rasa nyeri yang hebat.
“Kalau sering muncul, rasanya bisa lebih parah seperti,
ditusuk-tusuk,” kata ahli penyakit jantung di Rumah Sakit Harapan Kita,
Harmani Kalim.
Dia menjelaskan, rasa nyeri ini disebabkan oleh distribusi makanan
bagi jantung atau oksigen yang tidak bisa berjalan normal. Padahal, oksigen
dibutuhkan untuk mendukung kinerja jantung.
”Bila pasokan oksigen berkurang, kinerja jantung terganggu. Bahkan
bisa mengakibatkan serangan jantung atau yang sering dikenal gagal jantung,”
ujarnya.
Penyakit ini, kata dia, lama-kelamaan bisa menyebabkan kerusakan pada
otot-otot jantung yang memompa darah. Kerusakan tersebut akan terus
berkembang seiiring pertambahan umur.
Oleh karena itu, para pakar jantung menyarankan agar lebih waspada
bila mengalami kram atau nyeri pada jantung. Apalagi, bila sudah disertai
sesak napas.
“Jangan cuek aja. Begitu nyeri terasa, lebih baik segera ke dokter
atau ahli jantung. Jika terlambat, dokter atau ahli jantung hanya punya waktu
12 jam untuk bisa kembali melebarkan pembuluh darah tersebut,” pungkasnya.
Menurut dr Delima dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
(Litbangkes) orang yang terkena penyakit jantung butuh perawatan intensif. Berdasar data Kementerian
Kesehatan (Kemenkes), sejak tahun 2007
penyakit jantung jadi penyebab
kematian tertinggi di Indonesia. Dengan, jumlah kematian lebih dari 220.000
jiwa tiap tahun.
Sedangkan jumlah kasusnya melampaui penyakit tuberkulosis yang angka
kematiannya mencapai 127.000 jiwa. Angkanya makin bertambah tiap tahun
akibat gaya hidup masyarakat yang suka mengudap makanan tinggi lemak atau
makanan siap saji.
Faktor gaya hidup yang tak sehat, seperti gemar merokok, menenggak
alkohol berlebihan, penyakit hipertensi, diabetes dan kolesterol tinggi,
turut menambah deretan jumlah
penderita penyakit jantung. Sekitar tujuh persen penduduk Indonesia menderita
gangguan jantung, 0,9 persen sudah didiagnosis dokter dan sisanya mengalami
gejala gangguan jantung.”Penderitanya justru lebih tinggi dari pedesaan,”
kata dr Delima.
Faktor tersebut, menurut dia, disebabkan masyarakat yang belum peduli
pada kesehatan. Selain itu, perempuan yang menderita penyakit jantung lebih
banyak dibandingkan laki-laki.
“Faktor determinan penyakit jantung untuk penduduk di atas usia 15
tahun, antara lain diabetes melitus (39 persen), hipertensi (13,1 persen),
obesitas (11,4 persen), dan perokok (9,7 persen),” ujarnya.
Sementara faktor gaya hidup yang berpengaruh pada risiko penyakit
jantung, yaitu kurang beraktivitas fisik, merokok, pola makan tinggi lemak,
dan kebiasaan mengkonsumsi alkohol.
Berdasarkan prevalensinya, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam menduduki
urutan pertama penyakit jantung di Indonesia, yakni 12,6 persen. Sementara
Lampung urutan terakhir 2,6 persen.
[Harian Rakyat Merdeka]
|
||
· Gangguan sirkulasi darah
Menurut WHO (2003), 16,7 juta orang meninggal karena gangguan
sirkulasi darah. Angka kematian ini 29% dari angka kematian seluruh dunia. Di
Eropa ditemukan 4,3 juta orang meninggal karena gangguan sirkulasi darah.
Gangguan sirkulasi darah adalah gangguan kelancaran peredaran darah
yang dapat diakibatkan oleh gangguan pada jantung dan pembuluh darah di
seluruh tubuh, termasuk arteri koroner dan arteri yang menuju ke otak.
Gangguan sirkulasi darah dapat disebabkan oleh banyak faktor, antara
lain timbulnya plak atheromatous, meningkatnya kekentalan darah, mengerasnya
dinding pembuluh darah, dll. Ganguan ini terjadi di jantung, pembuluh darah,
darh, dan saraf yang mempersarafi pembuluh darah.
Faktor resiko gangguan sirkulasi darah :
Gejala gangguan sirkulasi darah :
Pegal-pegal, nyeri kepala, sulit berkonsentrasi, mudah lupa (pikun),
badan terasa lemas, kesemutan, pandangan mata kabur, telinga berdengung,
keringat dingin, nyeri dada.
Proses terjadinya gangguan sirkulasi darah :
Gangguan sirkulasi darah berawal dari timbulnya plak atheromateous
pada dinding pembuluh darah, tingginya kadar kolesterol jahat dalam darah,
dan atau meningkatnya kekentalan darah, sehingga meningkatkan tekanan darah,
yang dalam kondisi lanjut menyebabkan berkurangnya aliran darah ke organ-oran
terterntu. Hal tersebut menjadi sangat berbahaya bila yang mengalami gangguan
adalah aliran darah yang menuju organ vital seperti jantung, otak, ginjal,
dll.
|
||
Materi 6 :
|
||
Ventilasi, perfusi, transportasi, regulasi dan gangguan pernapasan.
|
||
· Proses inspirasi dan ekspirasi
Oksigen (O2) adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam
proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel
tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan
setiap kali bernapas.
Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh :
1. Sistem respirasi / pernapasan
Sistem pernapasan terdiri atas organ pertukaran gas yaitu paru-paru
dan sebuah pompa ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot
pernapasan, diafragma, isi abdomen, dinding abdomen dan pusat pernapasan di
otak.
Bernafas adalah pergerakan udara dari atmosfer ke sel tubuh dan
pengeluaran CO2 dari sel tubuh sampai ke luar tubuh. Ada tiga langkah dalam
proses oksigenasi yaitu ventilasi, perfusi paru dan difusi.
a. Ventilasi
Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan ke paru.
Ventilasi paru mencakup gerakan dasar atau kegiatan bernafas atau inspirasi
dan ekspirasi. Udara yang masuk dan keluar terjadi karena adanya perbedaan
tekanan antara intrapleura dengan tekanan atmosfer, dimana pada saat
inspirasi tekanan intrapleural lebih negatif (752 mmHg) dari pada tekanan
atmosfer (760 mmHg) sehingga udara akan masuk ke alveoli.
Hukum Boyle’s :
Jika volume meningkat maka tekanan menurun
Jika volume menurun maka tekanan meningkat
Inspirasi → bersifat aktif
Selama inspirasi terjadi kontraksi otot diafragma dan intercosta
eksterna, hal ini akan meningkatkan volume intrathorak → menurunkan tekanan
intratorak → tekanan intrapleural makin negatif → paru berkembang → tekanan
intrapulmonary menjadi makin negatif → udara masuk paru.
Ekspirasi → bersifat pasif
Selama ekspirasi terjadi relaksasi otot diafragma dan interkosta
eksterna, hal ini akan menurunkan volume intratorak → meningkatkan tekanan
intratorak → tekanan intrapleural makin positif → paru mengempis → tekanan
intrapulmonal menjadi makin positif → udara keluar paru.
Kepatenan ventilasi tergantung pada faktor :
- Kebersihan jalan nafas, adanya sumbatan atau obstruksi jalan nafas
akan menghalangi masuk dan keluarnya udara dari dan ke paru.
- Adekuatnya sistem saraf pusat dan pusat pernafasan.
- Adekuatnya pengembangan dan pengempisan paru-paru
- Kemampuan otot-otot pernafasan seperti diafragma, eksternal
interkosta, internal interkosta, otot abdominal.
b. Perfusi paru
Perfusi paru adalah gerakan darah yang melewati sirkulasi paru untuk
dioksigenasi, dimana pada sirkulasi paru adalah darah deoksigenasi yang
mengalir dalam arteri pulmonaris dari ventrikel kanan jantung. Darah ini
memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam proses pertukaran
oksigen dan karbondioksida di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru merupakan
8-9% dari curah jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan dapat
mengakodasi variasi volume darah yang besar sehingga dapat dipergunakan jika
sewaktu-waktu terjadi penurunan volume atau tekanan darah sistemik.
Adekuatnya pertukaran gas dalam paru dipengaruhi oleh keadaan
ventilasi dan perfusi. Pada orang dewasa sehat pada saat istirahat ventilasi
alveolar (volume tidal = V) sekitar 4,0 lt/menit, sedangkan aliran darah
kapiler pulmonal (Q) sekitar 5,0 lt/menit, sehingga rasio ventilasi dan
perfusi adalah :
Alveolar ventilasi (V) = 4,0 lt/mnt = 0,8
Aliran darah kapiler pulmonar(Q) 5,0 lt/mnt
Besarnya rasio ini menunjukkan adanya keseimbangan pertukaran gas.
Misalnya jika ada penurunan ventilasi karena sebab tertentu maka rasio V/Q
akan menurun sehingga darah yang mengalir ke alveolus kurang mendapatkan
oksigen. Demikian halnya dengan jika perfusi kapiler terganggu sedangkan
ventilasinya adekuat maka terjadi penigkatan V/Q sehingga daya angkut oksigen
juga akan rendah.
c. Difusi
Difusi adalah pergerakan molekul dari area dengan konsentrasi tinggi
ke area konsentrasi rendah. Oksigen terus menerus berdifusi dari udara dalam
alveoli ke dalam aliran darah dan karbondioksida (CO2) terus berdifusi dari
darah ke dalam alveoli. Difusi udara respirasi terjadi antara alveolus dengan
membran kapiler. Perbedaan tekanan pada area membran respirasi akan
mempengaruhi proses difusi. Misalnya pada tekanan parsial (P) O2 di alveoli
sekitar 100 mmHg sedangkan tekanan parsial pada kapiler pulmonal 60 mmHg
sehingga oksigen akan berdifusi masuk dalam darah. Berbeda halnya dengan CO2
dengan PCO2 dalam kapiler 45 mmHg sedangkan alveoli 40 mmHg maka CO2 akan
berdifusi keluar alveoli.
2. Sistem kardiovaskuler
Kemampuan oksigenasi pada jaringan sangat dipengaruhi oleh fungsi
jantung untuk memompa darah sebagai transpor oksigen. Darah masuk ke atrium
kiri dari vena pulmonaris. Aliran darah keluar dari ventrikel kiri menuju
aorta melalui katup aorta. Kemudin dari aorta darah disalurkanke seluruh
sirkulasi sistemik melalui arteri, arteriol, dan kapiler serta menyatu
kembali membentuk vena yang kemudian di alirkan ke jantung melalui atrium
kanan. Darah dari atrium kanan masuk dalam ventrikel kanan melalui katup trikuspidalis
kemudian keluar ke arteri pulmonaris melalui katup pulmonaris untu kemudian
dialirkan ke paru-paru kanan dan kiri untuk berdifusi. Darah mengalir di
dalam vena pulmonaris kembali ke atrium kiri dan bersirkulasi secara
sistemik. Sehingga tidak adekuatnya sirkulasi sistemik berdampak pada
kemampuan transpor gas oksigen dan karbondioksida.
3. Hematologi
Oksigen membutuhkan transpor dari paru-paru ke jaringan dan
karbondioksida dari jaringan ke paru-paru. Sekitar 97% oksigen dalam darah
dibawa eritrosit yang telah berikatan dengan hemoglobin (Hb) dan 3% oksigen
larut dalam plasma. Setiap sel darah merah mengandung 280 juta molekul Hb dan
setiap molekul dari keempat molekul besi dalam hemoglobin berikatan dengan
satu molekul oksigen membentuk oksihemoglobin (HbO2). Reaksi pengikatan Hb
dengan O2 adalah Hb + O2 - HbO2. Afinitas atau ikatan Hb dengan O2
dipengaruhi oleh suhu, pH, konsentrasi 2,3 difosfogliserat dalam darah merah.
Dengan demikian besarnya Hb dan jumlah eritrosit akan mempengaruhi transpor gas.
Jenis – jenis respirasi :
1. Pernapasan Eupnoe : Pernafasan normal dan tenang
Proses pernapasan normal terdiri dari :
- IRV (Inspiration Reserve Volume)
Jumlah udara yang masuk paru pada pernapasan normal, kurang lebih 1500
cc.
- TV (Tidal Volume)
Jumlah udara yang keluar masuk paru pada pernafasan normal 500 cc.
- ERV (Expiration Reserve Volume)
Jumlah udara yang keluar dari paru setelah ekspirasi 1000 cc
- RV (Residual Volume)
Jumlah udara yang tertinggi dalam paru setelah ekspirasi maksimum 1200
cc
2. Pernapasan Cheyne stokes : Pernafasan kadang-kadang apnoe,
frekuensi pernafasan di bawah 20x/menit.
3. Pernafasan Biot : Pernafasan yang tidak teratur ritmenya dan
kadang-kadang diikuti apnoe
4. Pernafasan Kussmaul : Pernapasan yang kadang-kadang cepat dan
lambat sehingga frekuensi tidak teratur.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pernafasan :
1. Faktor Fisiologi
- Menurunnya kapasitas pengikatan O2 seperti pada anemia
- Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi
saluran napas bagian atas.
- Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transpor O2
terganggu.
- Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil,
luka dan lain-lain.
- Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti kehamilan,
obesitas, muskulus skeleton yang abnormal, penyakit kronik seperti TBC paru.
2. Faktor Perkembangan
- Bayi prematur : yang disebabkan kurangnya pembentukan surfactan
- Bayi dan toddler : adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut
- Anak usia sekolah dan remaja : resiko infeksi saluran pernapasan dan
merokok
- Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang
aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru
- Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan arteriosklerosis,
elastisitas menurun, ekspansi paru menurun.
3. Faktor Perilaku
- Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi
paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang,
diet yang tinggi lemak menimbulkan arteriosklerosis.
- Exercise, exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
- Merokok : nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer
dan koroner.
- Substance abuse (alkohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake
nutrisi/Fe menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan
depresi pusat pernapasan.
- Kecemasan : menyebabkan metabolisme meningkatkan.
4. Faktor Lingkungan
- Tempat kerja
- Suhu lingkungan
- Ketinggian tempat dari permukaan laut
5. Faktor Emosi
Percepatan frekuensi nadi merupakan suatu reaksi tubuh terhadap emosi
seperti takut, cemas dan marah. Menerangkan bahwa kerja jantung dipengaruhi
oleh impuls dari pusat yang lebih tinggi di otak dengan jalan hypotalamus
yang menstimulasi pusat cardiac (Penghambat dan pemacu jantung) di medulla
otak. Jaringan penggerak pusat tersebut membawa impuls ke para sympatis
nerves dan sympatis yang kemudian mengirim impuls ke jantung.
6. Faktor Kesehatan
Pada orang sehat, sistem cardio vaskuler sering mempengaruhi distribusi
oksigen dalam sel tubuh. Penyakit sistem pernafasan dapat menyebabkan
hypoxemia, karena hemoglobin membawa oksigen dan karbondioksida.
7. Faktor Latihan
Latihan fisik atau aktifitas meningkatnya pernafasan dan kebutuhan
oksigen dalam tubuh. Mekanisme yang mendasarinya tidak banyak diketahui.
Walaupun demikian hal ini menerangkan bahwa beberapa faktor yang terlibat
didalamnya antara lain kimiawi, neural dan perubahan.
8. Faktor Gaya hidup
Penting untuk mengkaji gaya hidup seseorang khususnya kebutuhan
oksigen. Data menunjukkan bahwa merokok dan penghisapan udara berpolusi dapat
memberikan indikasi atau gambaran keadaan paru seseorang.
Perubahan-perubahan fungsi jantung yang mempengaruhi kebutuhan
oksigenasi :
1. Gangguan konduksi sepeti disritmia (takikardia/bradikardia)
2. Perubahan cardiac output. Menurunnya cardiac output seperti pada
pasien decom menimbulkan hipoksia jaringan.
3. Kerusakan fungsi katup seperti pada stenosis, obstruksi,
regurgitasi darah yang mengakibatkan ventrikel bekerja lebih keras
4. Myocardial iskhemia infark mengakibatkan kekurangan pasokan darah
dari arteri koroner ke miokardium.
Perubahan Fungsi Pernafasan :
1. Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paru-paru
agar pernapasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat disebabkan karena
:
- Kecemasan
- Infeksi/sepsis
- Keracunan obat-obatan
- Ketidakseimbangan asam basa
Tanda-tanda dan gejala hiperventilasi adalah takikardia, napas pendek,
nyeri dada (chest pain), menurunnya konsentrasi, disorientasi, tinitus.
2. Hipoventilasi
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk
memenuhi penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup.
Biasanya terjadi pada keadaan atelektasis (kolaps paru).
Tanda-tanda dan gejala pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala,
penurunan kesadaran, disorientasi, kardiakdisritmia, ketidakseimbangan
elektrolit, kejang dan kardiak arrest
3. Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhan O2 seluler akibat dari defisiensi O2 yang
diinspirasi atau meningkatnya penggunaan O2 pada tingkat seluler. Hipoksia
dapat disebabkan oleh :
- Menurunnya haemoglobin
- Berkurangnya konsentrasi O2 jika berada di puncak gunung
- Ketidakmampuan jaringan mengikat O2 seperti pada keracunan sianida
- Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah seperti pada
pnemonia
- Menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok
- Kerusakan/gangguan ventilasi
Tanda-tanda hipoksia antaralain : kelelahan, kecemasan, menurunnya
kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernapsan cepat dan dalam, sianosis,
sesak napas dan clubbing.
|
||
· Proses perfusi O2 dan CO2 pada membrane respirasi
Perfusi paru adalah gerakan darah yang melewati sirkulasi paru untuk
dioksigenasi, dimana pada sirkulasi paru adalah darah deoksigenasi yang
mengalir dalam arteri pulmonaris dari ventrikel kanan jantung. Darah ini
memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam proses pertukaran
oksigen dan karbondioksida di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru merupakan
8-9% dari curah jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan dapat
mengakodasi variasi volume darah yang besar sehingga dapat dipergunakan jika
sewaktu-waktu terjadi penurunan volume atau tekanan darah sistemik.
Adekuatnya pertukaran gas dalam paru dipengaruhi oleh keadaan
ventilasi dan perfusi. Pada orang dewasa sehat pada saat istirahat ventilasi
alveolar (volume tidal = V) sekitar 4,0 lt/menit, sedangkan aliran darah
kapiler pulmonal (Q) sekitar 5,0 lt/menit, sehingga rasio ventilasi dan
perfusi adalah :
Alveolar ventilasi (V) = 4,0 lt/mnt = 0,8
Aliran darah kapiler pulmonar(Q) 5,0 lt/mnt
Besarnya rasio ini menunjukkan adanya keseimbangan pertukaran gas.
Misalnya jika ada penurunan ventilasi karena sebab tertentu maka rasio V/Q
akan menurun sehingga darah yang mengalir ke alveolus kurang mendapatkan
oksigen. Demikian halnya dengan jika perfusi kapiler terganggu sedangkan
ventilasinya adekuat maka terjadi penigkatan V/Q sehingga daya angkut oksigen
juga akan rendah.
|
||
· Transportasi O2 dan CO2 dalam pembuluh darah dari darah dan ke dalam sel.
Stadium kedua dari proses respirasi mencakup proses difusi gas-gas
melintasi membran antara alveolus-kapiler yang tipis ( m). Kekuatan pendorong
untuk pemindahan ini adalah perbedaan tekanan parsial antara darah dan fase
gas. Tekanan oksigen dalam atmosfir pada tekanan laut ± 149 mmHg (21% dari 760 mmHg).
Pada saat oksigen diinspirasi dan sampai pada alveolus maka tekanan
parsial ini mengalami penurunan sampai sekitar 103 mmHg akibat udara
tercampur dengan ruang rugi anatomis pada saluran udara dan juga dengan uap
air.
Faktor-faktor yang menentukan kecepatan difusi gas melalui membran
paru-paru adalah sebagai berikut:
a. Makin besar perbedaan
tekanan pada membran makin cepat kecepatan difusi.
b. Makin besar area membran
paru-paru makin besar kuantitas gas yang dapat berdifusi melewati membran
dalam waktu tertentu.
c. Makin tipis membran, makin
cepat difusi gas melalui membran tersebut ke bagian yang berlawanan.
d . Koefisien dilihat secara
langsung berbanding proporsional terhadap kemampuan terlarut dari gas dalam
cairan membran paru-paru dan kebalikannya terhadap ukuran molekul kecil yang
terdifusi tinggi lebih cepat dari besarnya
u kuran gas yang kurang dapat larut.
Koefisien Difusi
Oksigen (O2)= 1; Karbon dioksida ( CO2 ) = 20,3,Nitrogen (N2 ) = 0,53.
Koefisien mengindikasikan bahwa CO2
paling dapat larut dan N, kurang dapat terlarut.
Pertukaran Oksigen dan Karbon Dioksida
Agar pernafasan dapat
berlangsung dengan normal, diperlukan beberapa faktor seperti ini :
1. Suplai oksigen yang
adekuat.
Tempat yang tinggi tidak megubah komposisi udara tetapi menyebabkan
tekanan oksigen(PO2) ,menurun. Reaksi awal yang timbul jika seseorang berada
pada ketinggian adalah munculnya tanda dan gejala seperti yang terlihat pada
setiap orang yang mengalami kekurangan oksigen.
Nyeri kepala, sesak, kelemahan, mual berkeringat, palpitasi,
penglihatan kabur, pendengaran berkurang, dan mengantuk terjadi pada kondisi
hipoksia moderat. Tanda- tanda tersebut sering disebut mountain sickness
Faktor faktor yang berperan dalam oksigenisasi meliputi peningkatan
ventilasi elveolar, penyesuaian komposisi asam basa darah dan cairan tubuh
lain, peningkatan kapasitas pengangkutan oksigen,serta peningkatan curah
jantung.
Hal hal yang menyebabkan suplai oksigen terganggu adalah inhalasi
udara yang mengandung oksigen pada tekanan subnormal dan hal ini biasanya
disebabkan oleh inhalasi asap ,keracunan karbon monoksida,serta dilusi udara
yang dihirup dengan gas gas inert ( Nitrogen, Helium ,Hidrogen,Metan atau gas
anestetik seperti nitro oksida )
2. Saluran udara yang utuh
Saluran udara yang utuh dari trakeobronkial sampai membrane alveolar menjadi
factor penting dalm pertukaran O2 dan CO2. Hal hal yang dapat menjadi
hambatan dalam pertukaran gas tersebut adalah adanya obtruksi mekanik seperti
tenggelam atau adanya benda asing pada percabangan trakeobronkial.
3. Fungsi pergerakan dinding
dada dan diafragma yang normal.
Kelemahan fungsi dinding dada akan mempengaruhi pola pernafasan.
Penyebab utama disrupsi kelemahan fungsi tersebut adalah trauma pada
dada, seperti fraktur iga atau luka tembus pada dada.
4. Adanya alveoli dan
kapiler yang bersama-sama membentuk unit pernapasan terminal dalam jumlah
yang cukup .
5. Jumlah haemoglobin yang
adekuat untuk membawa oksigen pada sel-sel tubuh.
6. Suatu system sirkulasi
yang utuh dan pompa jantung yang efektif.
7. Berfungsinya pusat
pernapasan.
8. Transport Gas Antara
Paru-paru Dan Jaringan
9. Transport oksigen dalam
darah
10. Sistem pengangkutan
O2 dalam tubuh terdiri atas paru-paru
dan system kardiovaskular.
Pengangkutan O2 ke jaringan tertentu bergantung pada jumlah O2 yang masuk
paru-paru, pertukaran gas yang cukup pada paru-paru, aliran darah ke
jaringan, dan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah.
11. Dinamika reaksi hemoglobin
dengan O2 sangat cocok untuk pengangkutan O2 .Hemoglobin adalah protein yang
terdiri atas empat subunit, masing-masing mengandung heme yang terikat pada
rantai polipeptida.
12. Oksigen dapat ditranspor
dari paru-paru ke jaringan melalui dua jalan, yaitu secara fisik larut dalam
plasma atau secara kimia berikatan dengan hemoglobin sebagai oksihemoglobin
(HbO2). Ikatan ini bersifat reversible.
13. Pada tingkat jaringan,
oksigen mengalami disosiasi dari hemoglobin dan berdifusi ke dalam plasma.
Dari plasma oksigen masuk ke sel-sel jaringan tubuh untuk memenuhi kebutuhan
jaringan yang bersangkutan. Hemoglobin yang melepaskan oksigen pada tingkat
jaringan disebut hemoglobin tereduksi (Hb). Hemoglobin ini berwarna ungu dan
menyebabkan waena kebiruan pada daerah vena seperti yang kita lihat pada vena
superficial.
14. Transpor karbon dioksida
dalam darah
15. Transpor karbon dioksida
dari jaringan ke paru-paru dilakukan dengan tiga cara, yaitu 10% secara fisik
larut dalam plasma, 20% berikatan dengan gugus amino pada hemoglobin
(karbaminohemoglobin) dalam sel darah merah, dan sekitar 70% ditranpor
sebagai bikarbonat plasma.
16. Kelarutan CO2 dalam darah ±
20 kali kelarutan O2, sehingga terdapat lebih banyak CO2 daripada O2 dalam
larutan sederhana. Karbon dioksida yang berdifusi ke dalam sel darah merah
dapat dengan cepat mengalami hidrasi menjadi H2CO3 sebab adanya anhidrase
karbonat, H2CO3 berdisosiasi menjadi H+
dan HCO3- dengan reaksi sebagai berikut. CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3
Keseimbangan asam basa ini sangat dipengaruhi oleh fungsi paru-paru
dan homeostatis dari karbondioksida. Pada umumnya hiperventilasi ( ventilasi
alveolus dalam keadaan kebutuhan
metabolisme berlebihan ) akan menyebabkan alkalosis (pH darah > 7,4) yang
dapat mengakibatkan ekskresi CO2 berlebihan dari paru-paru, sedangkan hipoventilasi
dapat menyebabkan asidosis akibat retensi CO2 oleh paru-paru.
Kurva disosiasi oksihemoglobin
Pengaruh PaO2 (kadar oksigen
arteri) pada saturasi atau ikatan oksigen dengan hemoglobin bukan fungsi
garis lurus. Dengan kata lain hubungannya tidak langsung dalam proporsi
perbandingan 1 : 1
Dalam transport O2 dan CO2 viskositas serta tekanan osmotic tetap atau
tidak berubah.Hemoglobin yang mengangkut
hanya sebagian O2 (reduced Hb)
menyebabkan afinitas terhadap O2 rendah, sehingga dengan mudah O2 dilepaskan.
Heme pada unit hemoglobin adalah kompleks yang dibentuk dari porfirin
dan satu atom besi ferro. Masing-masing atom besi dapat berikatan secara
reversible dengan satu molekul O2. Besi yang berikatan dengan molekul O2
adalah berbentuk ferro, sehingga reksinya adalah oksigenasi bukan oksidasi.
Jika satu heme menangkap O2 maka heme lainnya cepat mengikat O2 (heme-heme
effect) sehingga terjadi efisiensi transportasi di alveoli.
Gambaran kurva jika PO2 60-100 mmHg menghasilkan kurva datar(plateau)
dengan saturasi 90%, artinya walaupun PO2 hanya 60 mmHg daya angkut Hb
(saturasi) cukup tinggi = 90% yang merupakan ketahanan manusia terhadap
hipoksia. Jika PO2 kurang dari 40-50 mmHg gambaran kurva mulai terlihat curam
artinya daya angkut menurun, oksigen mudah lepas pada aktivitas fisik /
exercise (PO2 menurun sampai 20 mmHg).
Tiga keadaan penting yang mempengaruhi kurva disosiasi oksihemoglobin
adalah pH, suhu dan konsentrasi 2,3 difosfogliserrat (DPG ;2,3-DPG)
Kenaikan suhu atau penurunan pH menggeser kurva ke kanan. Bila kurva
bergaser kea rah ini diperlukan PO2 yang lebih tinggi dan memungkinkan
hemoglobin untuk berikatan dengan
oksigen yang diperlukan.
Sebaliknya, penurunan suhu atau kenaikan pH akan menggeser kurva
kearah kiri dan diperlukan PO2 yang lebih rendah untuk berikatan dengan
oksigen
Reflekbatuk (cough)
Saluran pernafasan memiliki bagian yang sangat peka terhadap
rangsangan.
Bagian-bagian tersebut adalah sebagai berikut:
· Laring,trachea dan
bronchi sangat peka terhadap perabaan (light touch)
· Sensor lain: bronchus
terminalis dan alveoli peka terhadap rangsang kimiawi
· Sensor taktil dan
kemoreseptor aferen melalui nervus vagus menuju kepusat respiratori ( medulla
oblongata ) mengeluarkanrespon melalui refleks batuk
Reflek batuk terjadi melalui mekanisme berikut:
1. Pada saat inspirasi udara
masuk keparu, epiglotis menutup glotis, pita suara tertutup untuk menahan
udara inspirasi.
2. Otot –otot ekspirasi
termasuk otot - otot abdomen dan intercostalis interna berkontraksi dengan
kuat karena peningkatan tekanan intra alveolar.
3. Epiglotis dan pita suara
tiba – tiba terbuka akibat ekspirasi kuat mendadak.
4. Udara dengan cepat
melewati bronchus besar dan trachea (v=100 mph) , sehingga benda – benda
asing terbawa keluar
Reflek bersin (sneeze)
Mekanisme yang terjadi pada refleks bersin adalah sebagai berikut:
· Reseptor taktil /
khemis di hidung merangsang sensorik melalui nervus trigeminus kepusat
pernafasan di medulla oblongata.
· Urutan kejadian sama
dengan batuk, disini uvula dalam keadaan posisi kebawah, sehingga aliran
udara ekspirasi kuat melalui rongga mulut dan rongga hidung.
· Tujuan refleks
bersin adalah mengeluarkan benda asing dari rongga hidung.
|
||
· Transportasi O2 dan CO2 dari dank e dalam metokondria
Mitokondria, kondriosom (bahasa Inggris: chondriosome, mitochondrion,
plural:mitochondria) adalah organel tempat berlangsungnya fungsi respirasi
sel makhluk hidup, selain fungsi selular lain, seperti metabolisme asam
lemak, biosintesis pirimidin, homeostasis kalsium, transduksi sinyal selular
dan penghasil energi[1] berupa adenosina trifosfat pada lintasan katabolisme.
Mitokondria mempunyai dua lapisan membran, yaitu lapisan membran luar
dan lapisan membran dalam. Lapisan membran dalam ada dalam bentuk
lipatan-lipatan yang sering disebut dengan cristae. Di dalam Mitokondria
terdapat 'ruangan' yang disebut matriks, dimana beberapa mineral dapat
ditemukan. Sel yang mempunyai banyak Mitokondria dapat dijumpai di jantung,
hati, dan otot.
Terdapat hipotesis bahwa mitokondria merupakan organel hasil evolusi
dari sel α-proteobacteria prokariota yang ber-endosimbiosis dengan sel
eukariota.[2] Hipotesis ini didukung oleh beberapa fakta antara lain, adanya
DNA di dalam mitokondria menunjukkan bahwa dahulu mitokondria merupakan
entitas yang terpisah dari sel inangnya, beberapa kemiripan antara
mitokondria dan bakteri, baik ukuran maupun cara reproduksi dengan membelah
diri, juga struktur DNA yang berbentuk lingkaran.
Oleh karena itu, mitokondria memiliki sistem genetik sendiri yang
berbeda dengan sistem genetik inti. Selain itu, ribosom dan rRNA mitokondria
lebih mirip dengan yang dimiliki bakteri dibandingkan dengan yang dikode oleh
inti sel eukariot[3].
Secara garis besar, tahap respirasi pada tumbuhan dan hewan melewati
jalur yang sama, yang dikenal sebagai daur atau siklus Krebs
Struktur umum suatu mitokondrion
Mitokondria banyak terdapat pada sel yang memilki aktivitas
metabolisme tinggi dan memerlukan banyak ATP dalam jumlah banyak, misalnya
sel otot jantung. Jumlah dan bentuk mitokondria bisa berbeda-beda untuk
setiap sel. Mitokondria berbentuk elips dengan diameter 0,5 µm dan panjang
0,5 – 1,0 µm. Struktur mitokondria terdiri dari empat bagian utama, yaitu
membran luar, membran dalam, ruang antar membran, dan matriks yang terletak
di bagian dalam membran[3].
Membran luar terdiri dari protein dan lipid dengan perbandingan yang
sama serta mengandung protein porin yang menyebabkan membran ini bersifat
permeabel terhadap molekul-molekul kecil yang berukuran 6000 Dalton. Dalam
hal ini, membran luar mitokondria menyerupai membran luar bakteri
gram-negatif. Selain itu, membran luar juga mengandung enzim yang terlibat
dalam biosintesis lipid dan enzim yang berperan dalam proses transpor lipid
ke matriks untuk menjalani β-oksidasi menghasilkan asetil-KoA.
Membran dalam yang kurang permeabel dibandingkan membran luar terdiri
dari 20% lipid dan 80% protein. Membran ini merupakan tempat utama
pembentukan ATP. Luas permukaan ini meningkat sangat tinggi diakibatkan
banyaknya lipatan yang menonjol ke dalam matriks, disebut krista [4]. Stuktur
krista ini meningkatkan luas permukaan membran dalam sehingga meningkatkan
kemampuannya dalam memproduksi ATP. Membran dalam mengandung protein yang
terlibat dalam reaksi fosforilasi oksidatif, ATP sintase yang berfungsi
membentuk ATP pada matriks mitokondria, serta protein transpor yang mengatur
keluar masuknya metabolit dari matriks melewati membran dalam.
Ruang antar membran yang terletak di antara membran luar dan membran
dalam merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi yang penting bagi sel,
seperti siklus Krebs, reaksi oksidasi asam amino, dan reaksi β-oksidasi asam
lemak. Di dalam matriks mitokondria juga terdapat materi genetik, yang
dikenal dengan DNA mitkondria (mtDNA), ribosom, ATP, ADP, fosfat inorganik
serta ion-ion seperti magnesium, kalsium dan kalium
Fungsi mitokondria
Peran utama mitokondria adalah sebagai pabrik energi sel yang
menghasilkan energi dalam bentuk ATP. Metabolisme karbohidrat akan berakhir
di mitokondria ketika piruvat di transpor dan dioksidasi oleh O2¬ menjadi CO2
dan air. Energi yang dihasilkan sangat efisien yaitu sekitar tiga puluh
molekul ATP yang diproduksi untuk setiap molekul glukosa yang dioksidasi,
sedangkan dalam proses glikolisis hanya dihasilkan dua molekul ATP. Proses
pembentukan energi atau dikenal sebagai fosforilasi oksidatif terdiri atas
lima tahapan reaksi enzimatis yang melibatkan kompleks enzim yang terdapat
pada membran bagian dalam mitokondria. Proses pembentukan ATP melibatkan
proses transpor elektron dengan bantuan empat kompleks enzim, yang terdiri
dari kompleks I (NADH dehidrogenase), kompleks II (suksinat dehidrogenase),
kompleks III (koenzim Q – sitokrom C reduktase), kompleks IV (sitokrom
oksidase), dan juga dengan bantuan FoF1 ATP Sintase dan Adenine Nucleotide
Translocator (ANT)[5].
Siklus Hidup Mitokondria
Mitokondria dapat melakukan replikasi secara mandiri (self
replicating) seperti sel bakteri. Replikasi terjadi apabila mitokondria ini
menjadi terlalu besar sehingga melakukan pemecahan (fission). Pada awalnya
sebelum mitokondria bereplikasi, terlebih dahulu dilakukan replikasi DNA
mitokondria. Proses ini dimulai dari pembelahan pada bagian dalam yang
kemudian diikuti pembelahan pada bagian luar. Proses ini melibatkan
pengkerutan bagian dalam dan kemudian bagian luar membran seperti ada yang
menjepit mitokondria. Kemudian akan terjadi pemisahan dua bagian
mitokondria[6].
DNA mitokondria
Mitokondria memiliki DNA tersendiri, yang dikenal sebagai mtDNA (Ing.
mitochondrial DNA). MtDNA berpilin ganda, sirkular, dan tidak terlindungi
membran (prokariotik). Karena memiliki ciri seperti DNA bakteri, berkembang
teori yang cukup luas dianut, yang menyatakan bahwa mitokondria dulunya
merupakan makhluk hidup independen yang kemudian bersimbiosis dengan
organisme eukariotik. Teori ini dikenal dengan teori endosimbion. Pada
makhluk tingkat tinggi, DNA mitokondria yang diturunkan kepada anaknya hanya
berasal dari betinanya saja (mitokondria sel telur). Mitokondria jantan tidak
ikut masuk ke dalam sel telur karena letaknya yang berada di ekor sperma.
Ekor sperma tidak ikut masuk ke dalam sel telur sehingga DNA mitokondria
jantan tidak diturunkan.
|
||
· Mekanisme regulasi pernapasan
Proses pernapasan pada manusia dapat terjadi secara sadar mauoun
secara tidak sadar. Pernapasan secara sadar terjadi jika kita melakukan
pengaturan-pengaturan saat bernapas, misalnya pada saat latihan dengan cara
menarik napas panjang, kemudian menahannya beberapa saat, lalu
mengeluarkannya. Pernapasan sacara tidak sadar yaitu pernapasan yang
dilakukan secara otomatis dan dikendalikan oleh saraf di otak, misalnya
pernapasan yang terjadi pada saat kita tidur.
Dalam pernapasan selalu terjadi dua siklus, yaitu inspirasi (menghirup
udara) dan ekpirasi (menghembuskan udara). Berdasarkan cara melakukan
inspirasi dan ekspirasi serta tempat terjadinya, manusia dapat melakukan dua
mekanisme pernapasan, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut.
Pernapasan dada
Proses inpirasi ini diawali dengan berkontraksinya muskulus
interkotalis (otot antartulang rusuk), sehingga menyebabkan terangkatnya
tulang rusuk. Keadaan ini mengakibatkan rongga dada membesar dan paru-paru
mengembang. Paru-paru yang mengembang menyebabkan tekanan udara rongga
paru-paru menjadi lebih rendah dari tekanan udara luar. Dengan demikian,
udara luar masuk ke dalam paru-paru.
Sebaliknya, proses ekspirasi berlangsung pada saat muskulus
interkostalis berelaksasi sehingga tulang rusuk turun kembali. Keadaan ini
mengakibatkan rongga dada menyempit dan paru-paru mengecil. Paru-paru yang
mengecil menyebabkan tekanan udara dalam rongga paru-paru menjadi lebih
tinggi dari tekanan udara luar, sehingga udara keluar dari paru-paru
Pernapasan perut
Mekanisme proses inspirasi pernapasan perut diawali dengan
berkontraksinya otot diafragma, sehingga diafragma yang semula melengkung
berubah menjadi datar. Keadaan diafragma yang datar mengakibatkan rongga dada
dan paru-paru mengembang. Tekanan udara yang rendah dalam paru-paru
menyebabkan udara dari luar masuk ke dalam paru-paru
Proses ekspirasi terjadi pada saat otot diafragma berelaksasi,
sehingga diafragma kembali melengkung. Keadaan melengkungnya diafragma
mengakibatkan rongga dada dan paru-paru mengecil, tekanan udara dalam
paru-paru naik, sehingga udara keluar dari paru-paru.
Pertukaran gas antara oksigen dan karbon dioksida terjadi melalui
proses difusi. Proses tersebut terjadi di alveolus dan di sel jaringan tubuh.
Proses difusi berlangung sederhana, yaitu hanya dengan gerakan
molekul-molekul secara bebas melalui membrane sel dari konsentrasi tinggi
atau tekanan tinggi ke konsentrasi rendah atau tekanan rendah.
Oksigen masuk ke dalam tubuh melalui inspirasi dari rongga hidung
sampai alveolus. Di alveolus oksigen mengalami difusi ke kapiler arteri
paru-paru. Masuknya oksigen dari luar menyebabkan tekanan parsial oksigen
(PO2) di alveolus lebih tinggi dibandingkan dengan PO2 di kapiler arteri
paru-paru. Karena proses difusi selalu terjadi dari daerah yang bertekanan
tinggi ke derah bertekanan rendah , oksigen akan bergerak dari alveolus
menuju kapiler arteri paru-paru.(Campbell et al, 2000)
Oksigen di kapiler arteri diikat oleh eritrosit yang mengandung
hemoglobin sampai jenuh. Makin tinggi tekanan parsial oksigen di alveolus,
semakin banyak oksigen yang terikat oleh hemoglobin dalam darah. Oksigen yang
berikatan dengan hemoglobin akan membentuk oksihemogblobin.
Reaksi antara hemoglobin dan oksigen berlangsung secara reversible
(bolak-balik) yang dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu suhu, pH,
konsentrasi oksigen dan karbon dioksida, serta tekanan parsial.
Hemoglobin akan mengangkut oksigen ke jaringan tubuh yang kemudian
akan berdifusi masuk ke sel-sel tubuh untuk digunakan dalam proses respirasi.
Di dalam sel-sel tubuh atau jaringan tubuh, oksigen digunakan untuk proses
respirasi di dalam mitokondria sel. Semakin banyak oksigen yang digunakan
oleh sel-sel tubuh, semakin banyak karbondioksida yang terbentuk dari proses
respirasi. Hal tersebut menyebabkan tekanan parsial karbon dioksida atau PCO2
dalam sel-sel tubuh lebih tinggi dibandingkan PCO2 dalam kapiler vena sel-sel
tubuh. Oleh karena itu, karbon dioksida dapat berdifusi dari sel tubuh ke
kapiler vena sel tubuh yang kemudian akan dibawa oleh eritrosit menuju
paru-paru. Di paru-paru terjadi difusi CO2 dari kapiler vena menuju alveolus.
Proses tersebut terjadi karena tekanan parsial CO2 pada kapiler vena lebih
tinggi daripada tekanan parsial CO2 dalam alveolu. Karbondioksida ahirnya
akan dikeluarkan dari tubuh melalui ekspirasi.
|
||
· Acidosis dan alkalosis respiratorik
Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari darah
dan cairan tubuh lainnya.
satuan derajat keasaman adalah ph:
Asidosis Respiratorik
Asidosis
Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan karbondioksida
dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan
yang lambat.
Kecepatan
dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah.
Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah menjadi asam.
Tingginya
kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur pernafasan,
sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.
Penyebab
:
Asidosis
respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan karbondioksida
secara adekuat.
Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi paru-paru, seperti: - Emfisema - Bronkitis kronis - Pneumonia berat - Edema pulmoner - Asma.
Asidosis
respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot
dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan.
Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika dan obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan.
Asidosis
Metabolik
Asidosis Metabolik adalah keasaman
darah yang berlebihan, yang ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat
dalam darah.
Bila peningkatan keasaman melampaui
sistem penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam.
Seiring dengan menurunnya pH darah,
pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk
menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbon
dioksida.
Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan koma.
Penyebab :
Penyebab asidosis metabolik dapat
dikelompokkan kedalam 3 kelompok utama:
Penyebab utama dari asidois
metabolik:
Alkalosis Respiratorik
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa
karena pernafasan yang cepat dan dalam menyebabkan kadar karbondioksida
dalam darah menjadi rendah.
Penyebab :
Pernafasan yang cepat dan dalam
disebut hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu banyaknya jumlah
karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah.
Penyebab hiperventilasi yang paling
sering ditemukan adalah kecemasan.
Penyebab lain dari alkalosis
respiratorik adalah:
- rasa nyeri - sirosis hati - kadar oksigen darah yang rendah - demam - overdosis aspirin.
Pengobatan :
Biasanya satu-satunya pengobatan
yang dibutuhkan adalah memperlambat pernafasan.
Jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa meredakan penyakit ini.
Jika penyebabnya adalah rasa nyeri,
diberikan obat pereda nyeri.
Menghembuskan nafas dalam kantung
kertas (bukan kantung plastik) bisa membantu meningkatkan kadar
karbondioksida setelah penderita menghirup kembali karbondioksida yang
dihembuskannya.
Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya selama mungkin, kemudian menarik nafas dangkal dan menahan kembali nafasnya selama mungkin. Hal ini dilakukan berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali.
Jika kadar karbondioksida
meningkat, gejala hiperventilasi akan membaik, sehingga mengurangi
kecemasan penderita dan menghentikan serangan alkalosis respiratorik.
Alkalosis Metabolik
Defenisi :Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam
keadaan basa karena tingginya kadar bikarbonat.
Penyebab :
Alkalosis metabolik terjadi jika
tubuh kehilangan terlalu banyak asam.
Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut).
Pada kasus yang jarang, alkalosis
metabolik terjadi pada seseorang yang mengkonsumsi terlalu banyak basa dari
bahan-bahan seperti soda bikarbonat.
Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan keseimbangan asam basa darah.
Penyebab utama akalosis metabolik:
1. Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid,
asam etakrinat)
2. Kehilangan asam karena muntah
atau pengosongan lambung
3. Kelenjar adrenal yang terlalu
aktif (sindroma Cushing atau akibat penggunaan kortikosteroid).
|
||
· Fungsi jantung dan pernapasan untuk memenuhi kebutuhan
oksigenasi
|
Secara umum fungsi jantung adalah memompa darah ke seluruh tubuh dan
menampungnya kembali setelah dibersihkan organ paru-paru. Hal ini berarti bahwa
fungsi jantung manusia adalah sebagai alat atau organ pemompa darah pada
manusia. Pada saat itu jantung menyediakan oksigen darah yang cukup dan
dialirkan ke seluruh tubuh, serta membersihkan tubuh darih hasil metabolisme
(karbondioksida). Sehingga untuk melaksanakan fungsi tersebut jantung
mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan selanjutnya
memompanya ke paru-paru, dengan cara darah pada jantung mengambil oksigen dan
membuang karbondioksida. Pada jantung darah yang kaya akan oksigen yang berasal
dari paru-paru dipompa ke jaringan seluruh tubuh Manusia.
Bertambahnya usia seseorang, akan
sangat berpengaruh terhadap fungsionalitas jantung itu sendiri. Hal ini berarti
karena jantung bekerja secara terus menerus selama manusia hidup, akan
berpengaruh terhadap kemampuan fungsi jantung secara berangsur akan mengalami
penurunan. Dan hal ini akan semakin drastis penurunan fungsi jantung apabila
terdapat keadaan lain yang mempengaruhi fungsi jantung itu sendiri. Misalnya
terjadi infeksi otot jantung atau selaput otot miokarditis atau perikarditis,
berkurangnya oksigen karena penyempitan pembuluh darah yang menyuplainya sering
disebut sebagai penyakit jantung koroner, bertambahnya massa otot karena
meningkatnya tekanan, dan sebagainya.
Langganan:
Postingan (Atom)